Berandasehat.id – Cakupan vaksinasi anak terus menurun hingga mencapai rekor tertinggi di tahun 2021 yakni 40 juta anak melewatkan dosis vaksin campak pasca gelombang pandemi Covid-19.  Kondisi tersebut membuat jutaan anak rentan terhadap infeksi. Diperkirakan 128.000 orang meninggal akibat campak pada 2021 – kasus itu didominasi oleh anak di bawah usia lima tahun. Apabila,  dibandingkan dengan kasus campak 2021, peningkatan kasus campak di Indonesia bisa dibilang cukup signifikan, kurang lebih 32 kali lipat. 

Saat ini, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menargetkan eliminasi campak dan rubella secepatnya untuk tahun 2023. Kemenkes juga menetapkan Kejadian Luar Biasa (KLB) atas tingginya penularan campak di Indonesia. Dari hasil laporan, kasus penularan campak ada di 31 provinsi hingga Desember 2022.

Campak merupakan salah satu penyakit dalam golongan Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Campak juga adalah salah satu virus manusia yang paling menular dan hampir seluruhnya dapat dicegah melalui vaksinasi. Karenanya, kesadaran orang tua terhadap program vaksin anak pada saat ini sangatlah penting.

Tanda dan Gejala Campak

Gejala campak muncul 7 hingga 14 hari setelah kontak dengan virus dan biasanya mencakup demam tinggi, batuk, pilek, dan mata berair. Ruam campak muncul 3 sampai 5 hari setelah gejala pertama. 

Ilustrasi ibu dan anak (dok. ist)

Tanda dan gejala campak yang perlu diketahui dan diwaspadai oleh orangtua terhadap anak: 

  • Dalam 7 – 14 hari setelah infeksi campak: gejala pertama muncul demam tinggi, batuk, pilek, mata merah dan berair (konjungtivitis).
  • Dalam 2-3 hari setelah gejala muncul: Muncul bintik putih (bintik kolpik) di dalam mulut.
  • Selama 3-5 hari setelah gejala muncul: Muncul ruam campak (bintik merah datar) yang menyebar pada tubuh, benjolan kecil-kecil dapat muncul di atas bitnik merah yang rata, bintik-bintik pada kulit dapat menyatu saat menyebar ke seluruh tubuh, serta demam tinggi yang melonjak sampai suhu 40 derajat Celcius.

Yang memprihatinkan, ada sekitar lebih dari 1,7 juta bayi di Indonesia yang belum mendapatkan vaksin dasar selama periode 2019-2021. Karena itu, memperingati Hari Anak Nasional, MSD Indonesia memperkuat dukungan terhadap kampanye vaksin campak yang telah difokuskan oleh pemerintah Indonesia.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengatakan bahwa vaksinasi adalah tindakan preventif, oleh sebab itu orang tua diharapkan memberikan vaksin secara bertahap kepada anak sehingga anak-anak tumbuh sehat. 

“Imunisasi rutin seperti vaksinasi campak, gondongan dan rubella penting dilakukan dalam mencegah wabah, sakit berat, cacat dan kematian bayi dan anak,” ujar Managing Director MSD Indonesia, George Stylianou.

Peningkatan kesehatan anak melalui imunisasi menjadi salah satu tujuan yang paling utama untuk menciptakan generasi muda yang produktif ke depannya. “Salah satu tujuan MSD Indonesia adalah untuk memberikan pengobatan yang inovatif dan bermanfaat termasuk produk pada bidang vaksin dan penyakit menular,” terang George Stylianou.

Dia menandaskan, hingga kini, semua profesi di lembaga penelitian resmi nasional dan internasional juga menyatakan bahwa imunisasi terbukti aman dan bermanfaat mencegah wabah, sakit berat, cacat dan kematian.

Ada dua jenis vaksin yang tersedia, yaitu MR (measles, rubella) dan MMR (measles, mumps, dan rubella). M-M-R II ® diindikasikan untuk imunisasi aktif dalam pencegahan campak, gondok, dan rubella pada individu berusia 12 bulan atau lebih dan menerima persetujuan FDA (Administrasi Kesehatan Obat dan Makanan AS) pada tahun 1978. 

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan vaksin campak rubella (MR) diberikan saat anak berusia 9 bulan. Jika sampai berusia 12 bulan anak belum mendapatkan vaksin MR dapat diberikan MMR mulai usia 12-15 bulan, dosis kedua 5-7 tahun. (BS)