Berandasehat.id – Tak selamanya aspirin dosis rendah bermanfaat dalam mencegah risiko stroke. Studi terbaru menyebut risiko pendarahan otak lebih besar daripada manfaat potensial untuk mengurangi risiko stroke pada orang dewasa sehat yang mengonsumsi aspirin dosis rendah setiap hari.
Diterbitkan di JAMA Network Open, studi yang dilakukan oleh tim peneliti Monash University merupakan penyelidikan besar pertama terhadap risiko/manfaat aspirin sebagai tindakan pencegahan primer pada orang lanjut usia, yang sering mengalami trauma kepala akibat jatuh dan benturan lain di kepala. Pendarahan adalah efek samping aspirin yang diketahui.
Para peneliti mengambil data dari ASPREE (ASPirin in Reducing Events in the Elderly), uji coba aspirin pencegahan primer yang melibatkan lebih dari 19.000 orang dewasa tua yang awalnya sehat, sebagian besar berusia di atas 70 tahun, sebagian besar di Australia dan sisanya di Amerika Serikat.
Pencegahan primer melibatkan tindakan untuk menjaga kesehatan dan mencegah peristiwa kesehatan yang merugikan. Intervensi pencegahan sekunder diambil setelah peristiwa kesehatan untuk menghindari hal itu terjadi lagi.
Para peserta, yang tidak mengetahui penyakit kardiovaskular ketika mereka memasuki penelitian, secara acak diberi aspirin 100 mg setiap hari atau tablet plasebo (tidak mengandung zat aktif sebagai kontrol) selama rata-rata lima tahun.

Studi analisis sekunder tidak menemukan perbedaan yang signifikan secara statistik dalam kejadian stroke iskemik, yakni jenis stroke yang paling umum, yang disebabkan oleh penyumbatan pembuluh darah yang membawa darah ke otak, antara kelompok aspirin dan kelompok plasebo.
Secara keseluruhan, stroke dilaporkan pada 4,6% kelompok aspirin dan 4,7% pada kelompok plasebo. Sementara jumlah pendarahan otak kecil, kejadian pendarahan 38% lebih tinggi pada mereka yang menggunakan aspirin dibandingkan dengan plasebo.
Risiko Pendarahan Otak Lebih Besar
Para peneliti menyimpulkan bahwa risiko pendarahan otak melebihi manfaat potensial dalam mengurangi stroke. Ini termasuk pendarahan ke otak, dan pendarahan di permukaan otak yang biasanya berhubungan dengan trauma kepala.
“Temuan ini menunjukkan bahwa aspirin dosis rendah mungkin tidak memiliki peran untuk pencegahan primer stroke dan bahwa penggunaan aspirin harus hati-hati pada orang tua yang rentan terhadap trauma kepala misalnya karena jatuh,” pesan peneliti.
Penulis senior Profesor John McNeil mengatakan studi tersebut menggarisbawahi kemungkinan risiko bagi beberapa orang, tetapi orang tua yang mengonsumsi aspirin tidak boleh berhenti melakukannya tanpa berkonsultasi dengan dokternya.
“Meskipun kejadian perdarahan secara keseluruhan tidak umum, hal itu menyoroti risiko lain dari aspirin dosis rendah, terutama yang relevan dengan orang tua yang rentan terhadap trauma kepala,” kata Profesor McNeil.
“Temuan ini tidak berlaku untuk orang dewasa yang lebih tua yang mengonsumsi aspirin atas saran medis, seperti setelah serangan jantung dan stroke iskemik. Dalam pencegahan sekunder, keseimbangan risiko dan manfaat umumnya mendukung aspirin. Penting untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum melakukan perubahan apa pun terkait asupan obat.”
Penulis pertama dan Direktur Layanan Stroke di Alfred Health, Profesor Geoffrey Cloud, mengatakan orang-orang dapat mengurangi risiko stroke dengan menjalani gaya hidup sehat.
“Orang tua yang khawatir tentang pengurangan risiko terkena stroke pertama tidak boleh mengonsumsi aspirin setiap hari tanpa saran dokter, melainkan berkonsentrasi pada modifikasi faktor risiko gaya hidup dan kontrol tekanan darah,” tandas Prof Cloud dikutip MedicalXpress. (BS)