Berandasehat.id – Para ahli kesehatan mendesak pemerintah untuk menaikkan usia legal terkait pembelian rokok menjadi 22 tahun atau lebih karena riset menemukan bahwa kecanduan rokok menjadi berkurang dan lebih mudah untuk berhenti seiring bertambahnya usia, demikian menurut studi yang dipresentasikan pada Kongres ESC 2023.
Pada tahun 2020, lebih dari satu dari lima orang di seluruh dunia menggunakan tembakau/rokok. Tembakau membunuh hingga setengah dari penggunanya. Perokok berusia di bawah 50 tahun memiliki risiko lima kali lipat lebih tinggi terkena penyakit kardiovaskular (penyakit jantung dan pembuluh darah) dibandingkan dengan rekan mereka yang bukan perokok.
Usia legal untuk membeli tembakau adalah 18 tahun di banyak negara, namun di beberapa negara tidak ada batasan usia. Diperkirakan hampir 9 dari 10 orang dewasa yang merokok setiap hari pertama kali mencoba merokok pada usia 18 tahun, dan 99% pertama kali mencoba merokok pada usia 26 tahun.
Penelitian terkini menguji hubungan antara usia mulai merokok, ketergantungan nikotin dan berhenti merokok. Penelitian tersebut melibatkan perokok yang pernah mengunjungi klinik berhenti merokok di Jepang. Peserta menyelesaikan tes Fagerström untuk ketergantungan nikotin (FTND), yang menanyakan pertanyaan seperti “Seberapa cepat setelah bangun Anda merokok pertama kali?”, “Apakah Anda merasa sulit untuk berhenti merokok di tempat yang dilarang? ” dan “Berapa banyak batang rokok yang Anda isap setiap hari?”.
Skor untuk setiap jawaban dijumlahkan sehingga total skor yang menunjukkan ketergantungan nikotin adalah rendah (skor 1-2), rendah hingga sedang (3-4), sedang (5-7) atau tinggi (8 atau lebih tinggi).
Peserta dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan usia mulai merokok (kurang dari 20 tahun dan 20 tahun atau lebih); Usia 20 tahun digunakan sebagai batas usia karena merupakan usia legal untuk merokok di Jepang.

Selanjutnya, karbon monoksida (CO) dalam napas diukur untuk menunjukkan jumlah rokok yang diisap dalam 24 jam terakhir. Berhenti merokok didefinisikan sebagai tidak merokok dalam tujuh hari terakhir dan tingkat karbon monoksida yang dihembuskan kurang dari 7 ppm.
Para peneliti menganalisis hubungan antara ketergantungan nikotin dan keberhasilan berhenti merokok berdasarkan usia peserta mulai merokok. Analisis disesuaikan dengan jenis kelamin dan usia pada saat menghadiri klinik berhenti merokok.
Penelitian tersebut melibatkan 1.382 perokok, 30% di antaranya adalah perempuan. Rata-rata usia saat pertama kali datang ke klinik berhenti merokok adalah 58 tahun. Sekitar 556 perokok mulai merokok sebelum usia 20 tahun (early starter), sementara 826 perokok berusia 20 tahun atau lebih ketika mereka mulai merokok (late starter).
Mereka yang mulai merokok lebih awal melaporkan jumlah rokok yang lebih tinggi per hari (25 batang) dibandingkan dengan mereka yang mulai terlambat, yang merokok 22 batang rokok per hari.
Orang yang mulai merokok lebih awal memiliki tingkat karbon monoksida pernapasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang memulainya terlambat (masing-masing 19 vs. 16,5 ppm) dan skor FTND yang lebih tinggi (masing-masing 7,4 vs. 6,3). Kurang dari setengah dari mereka yang mulai merokok sejak dini (46%) berhasil berhenti merokok dibandingkan dengan 56% dari mereka yang mulai merokok terlambat, dengan rasio odds sebesar 0,711 setelah disesuaikan dengan jenis kelamin, usia saat mengunjungi klinik, dan alat bantu berhenti merokok.
Studi menunjukkan bahwa mereka yang mulai merokok lebih awal memiliki kemungkinan 30% lebih kecil untuk berhasil menghentikan kebiasaan tersebut dibandingkan dengan memulai (merokok) terlambat.
Peserta selanjutnya dibagi menjadi empat kelompok berdasarkan usia mereka mulai merokok (17 tahun atau kurang, 18 hingga 19 tahun, 20 hingga 21 tahun, dan 22 tahun ke atas). Pada keempat kelompok, skor FTND masing-masing adalah 7,5, 7,2, 6,7 dan 6,0, yang menunjukkan bahwa mereka yang mulai merokok pada usia 22 atau lebih memiliki ketergantungan yang lebih rendah terhadap nikotin.
“Hasil (studi) kami menunjukkan bahwa mulai merokok sejak dini dikaitkan dengan ketergantungan nikotin yang lebih tinggi, bahkan di usia dewasa muda. Studi tersebut menunjukkan bahwa meningkatkan usia legal untuk membeli tembakau hingga usia 22 tahun atau lebih dapat mengurangi jumlah orang yang kecanduan nikotin dan berisiko menimbulkan konsekuensi kesehatan yang merugikan,” ujar penulis penelitian Dr. Koji Hasegawa dari National Hospital Organization Kyoto Medical Center, Kyoto, Jepang dilaporkan MedicalXpress. (BS)