Berandasehat.id – Jenis baru COVID-19 yang baru teridentifikasi seminggu yang lalu di Amerika Serikat telah mendorong Badan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) untuk mengambil langkah langka dengan mengeluarkan pesan resmi bahwa virus itu dapat menghindari vaksin atau perlindungan kekebalan alami.

Galur itu disebut BA.2.86 dan menjadi perhatian khusus karena memiliki lebih dari 30 mutasi, yang berarti virus ini mungkin berperilaku sangat berbeda dari versi virus sebelumnya. Jumlah mutasi tersebut setara dengan perbedaan antara varian yang begitu serius sehingga diberi nama resmi, seperti antara Delta dan Omicron, demikian penjelasan CDC dalam penilaian risiko yang dikeluarkan pekan lalu.

Di seluruh dunia, lembaga kesehatan mengeluarkan banyak pembaruan mengenai BA.2.86. Galur ini baru masuk radar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) ketika ia ditetapkan sebagai ‘varian dalam pemantauan’ pada 17 Agustus. CDC mengumumkan pada hari yang sama bahwa galur itu telah terdeteksi di AS.

Karakteristik yang dipantau CDC antara lain adalah seberapa menular suatu varian, seberapa baik responsnya terhadap pengobatan, dan seberapa parah dampaknya terhadap manusia.

“BA.2.86 mungkin lebih mampu menyebabkan infeksi pada orang yang sebelumnya pernah menderita COVID-19 atau yang telah menerima vaksin COVID-19,” demikian pernyataan penilaian risiko CDC dikutip WebMD.

Badan tersebut sedang mengevaluasi seberapa baik kinerja vaksin terbaru yang akan dirilis pada September 2023 terhadap BA.2.86.

Perkiraan baru yang juga dirilis minggu ini oleh CDC memperkirakan rawat inap akibat virus akan terus mengalami tren peningkatan setidaknya hingga pertengahan September. Saat ini, sekitar 1.800 orang dirawat di rumah sakit setiap hari karena COVID-19. Prediksi baru menunjukkan bahwa jumlah tersebut mempunyai potensi kecil untuk turun menjadi 1.100 setiap hari, namun bisa juga meningkat sebanyak 7.500 per hari. 

Skenario yang paling mungkin terjadi berada di tengah-tengah kisaran tersebut, dengan jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit setiap hari antara 2.000 dan 4.000 orang pada 18 September.

CDC mengatakan sejauh ini tidak ada bukti bahwa BA.2.86 menyebabkan penyakit yang lebih parah tetapi hal itu dapat berubah seiring dengan tersedianya lebih banyak informasi. Pakar kesehatan biasanya mengukur tingkat keparahan berdasarkan level rawat inap akibat COVID-19.

Jurnal Nature melaporkan bahwa banyak ilmuwan melihat kesamaan antara kemunculan BA.2.86 dan Omicron, yang menyebar dengan cepat ke seluruh dunia pada akhir tahun 2021.

“Ada sedikit déjà vu lagi,” ahli virologi Universitas Michigan Adam Lauring, MD, PhD, yang laboratoriumnya mendeteksi salah satu kasus BA.2.86 pertama di AS, mengatakan kepada Nature.

Lauring, serta CDC dan WHO, semuanya memperingatkan bahwa diperlukan lebih banyak data untuk benar-benar memahami ancaman yang ditimbulkan oleh BA.2.86.

“Ada alasan bagus untuk berpikir bahwa ini tidak akan seperti gelombang Omicron, tapi ini masih awal,” tandas Lauring. (BS)