Berandasehati.id – Sejumlah kasus COVID-19 lama mungkin tidak teridentifikasi karena infeksi awal pasien tidak terdeteksi, demikian berdasarkan sebuah studi baru yang diterbitkan di Neurology, Neuroimmunology & Neuroinflammation.
Sekitar 103 juta orang Amerika mengidap COVID-19, dan sekitar sepertiga di antaranya mengalami Long COVID-19. Tingkat keparahan kondisi ini bervariasi dan dapat melemahkan.
Studi baru ini memang hanya mengamati 29 pasien. “Tetapi ini memberikan wawasan unik tentang berapa banyak kasus COVID-19 jangka panjang yang mungkin tidak teridentifikasi karena infeksi COVID-19 pada pasien tidak terdeteksi,” tulis Stat News terkait studi tersebut.
“Kami memperkirakan ada sekitar 10 juta orang pada tahun pertama pandemi di AS yang berada dalam keadaan sulit ini, yakni mereka yang tertular Covid, sudah lama mengidap Covid, tetapi hasil tesnya negatif,” kata Igor Koralnik, yang memimpin penelitian dan adalah kepala divisi penyakit neuroinfeksi dan neurologi global di Northwestern Medicine.

Studi ini memiliki arti bahwa diagnosis positif COVID-19 tidak diperlukan untuk mendapatkan pengobatan bagi orang yang memiliki gejala COVID yang berkepanjangan, kata Ziyad Al-Aly, MD, ahli epidemiologi klinis di Washington University di St. Louis, yang tidak terlibat dengan penelitian tersebut.
Dia menambahkan, beberapa orang tinggal di daerah di mana tes tidak tersedia secara luas atau memiliki masalah lain dalam mengakses tes.
“Membatasi akses terhadap perawatan [untuk] COVID jangka panjang bagi orang-orang yang mengidap penyakit ini akan mencabut hak pilihnya dan benar-benar meminggirkan orang-orang yang sebenarnya paling rentan di antara kita,” kata Al-Aly.
Apa yang disebut sebagai perjalanan jangka panjang yang negatif ini harus dimasukkan dalam uji coba dan studi mengenai COVID jangka panjang, kata Koralnik. “Saat ini tidak,” ujar Koralnik dikutip WebMD. (BS)