Berandasehat.id – Stunting menjadi isu krusial di sejumlah negara, termasuk Indonesia. Intervensi yang relatif kecil dapat berdampak besar pada kondisi gizi buruk yang menghantui anak-anak di negara berkembang. Sebuah studi baru yang dipimpin oleh Stanford menunjukkan bahwa menambahkan seng/zinc ke tanah pertanian dapat membantu mencegah stunting pada masa kanak-kanak.
Stunting merupakan suatu kondisi akibat kekurangan gizi kronis yang berhubungan dengan perkembangan otak yang buruk dan konsekuensi berbahaya dalam jangka panjang, seperti penurunan kinerja sekolah dan peningkatan risiko penyakit.
Makalah terbaru yang diterbitkan pada 21 Agustus 2023 di Scientific Reports tersebut merupakan penelitian berskala besar pertama yang meneliti hubungan antara status gizi atau kesehatan anak-anak dan ketersediaan mineral tanah di India. Negara ini diperkirakan memiliki lebih dari sepertiga anak balita menderita stunting.
“Hasil kami menambah semakin banyak literatur yang menunjukkan bahwa intervensi seperti pupuk yang diperkaya mikronutrien mungkin memiliki efek positif pada kesehatan,” kata pemimpin penulis studi, Claire Morton, seorang sarjana matematika dan ilmu komputasi di Universitas Stanford. “Hal ini tidak membuktikan bahwa intervensi tersebut akan hemat biaya bagi India, namun ini merupakan indikasi menarik bahwa intervensi tersebut layak untuk diuji.”

Ilustrasi tanah pertanian (dok. ist)
Para peneliti menganalisis data kesehatan dari hampir 300.000 anak-anak dan satu juta wanita di seluruh India dengan lebih dari 27 juta tes tanah yang diambil dari program kesehatan tanah nasional. Mereka menemukan bahwa keberadaan zinc dalam tanah membantu mencegah pertumbuhan anak yang terhambat, dan zat besi dalam tanah membantu menjaga hemoglobin, yakni protein dalam sel darah merah yang membawa oksigen, pada tingkat yang sehat.
Hasil studi menunjukkan bahwa memperkuat tanah dengan mineral dapat menjadi intervensi kesehatan yang bermanfaat.
Kaitan antara seng tanah dan stunting pada masa kanak-kanak sangat kuat. Peningkatan satu standar deviasi pada tes seng tanah yang memuaskan dikaitkan dengan penurunan sekitar 11 anak yang mengalami stunting per 1.000 anak, menurut penelitian tersebut.
Oleh karena itu, para peneliti berpendapat bahwa potensi manfaat penggunaan pupuk yang diperkaya seng sebagai intervensi kesehatan perlu mendapat pertimbangan lebih lanjut di India secara khusus dan mungkin secara lebih umum.
“Kami tidak mengatakan bahwa geografi adalah takdir, namun tanah tampaknya benar-benar berperan dalam membentuk kesehatan anak,” kata penulis senior studi David Lobell, Direktur Gloria dan Richard Kushel dari Pusat Ketahanan Pangan dan Lingkungan Stanford, juga profesor ilmu sistem Bumi di Stanford Doerr School of Sustainability.
“Meskipun ini hanya peran kecil, memahami peran ini dapat membantu mengidentifikasi pendekatan yang lebih baik untuk mengatasi stunting pada anak di India, yang merupakan salah satu tantangan terbesar dan berkepanjangan dalam ketahanan pangan global,” imbuh Lobell.
Rekan penulis riset melibatkan Hemant Pullabhotla dari Deakin University di Australia dan Leah Bevis dari Ohio State University. (BS)