Berandasehat.id – Yoga dipercaya memiliki banyak manfaat kesehatan, di antaranya memperbaiki kualitas hidup pasien dengan penyakit jantung, termasuk dalam hal ini kasus gagal jantung.
Gagal jantung adalah suatu bentuk penyakit kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah) di mana otot jantung terlalu lemah atau terlalu kaku untuk memompa dengan baik sehingga acapkali menyebabkan penumpukan cairan, sesak napas, dan komplikasi lainnya.
Studi sebelumnya menunjukkan bahwa terapi yoga dan modifikasi gaya hidup telah meningkatkan kualitas hidup pasien gagal jantung dan meningkatkan fungsi kardiovaskular.
Studi baru yang bakal dipresentasikan pada konferensi American College of Cardiology Asia 2023, yang digelar 29-30 September di Manila, Filipina, mengkaji hasil jangka panjang dari terapi yoga untuk menentukan manfaat menambahkan yoga sebagai pengobatan pelengkap dalam pengelolaan penyakit jantung, khususnya gagal jantung.
Sistem Klasifikasi Fungsional New York Heart Association (NYHA) adalah sistem klasifikasi yang paling banyak digunakan untuk menentukan tingkat keparahan gejala pasien. Sistem NYHA menempatkan pasien dalam salah satu dari empat kategori berdasarkan keterbatasan aktivitas fisik mereka. Kelas I sebagai ‘kurang parah’ dan Kelas IV sebagai yang ‘paling parah’. Dokter juga mengukur fraksi ejeksi untuk menentukan seberapa efektif jantung memompa darah.
Penelitian ini melibatkan 75 pasien gagal jantung di pusat perawatan tersier di India Selatan, yang menjalani intervensi koroner, revaskularisasi, atau terapi alat dalam enam bulan hingga satu tahun sebelumnya. Semua pasien yang dilibatkan dalam penelitian ini kurang dari atau sama dengan NYHA Kelas III dan telah menjalani terapi medis yang optimal setidaknya selama enam bulan hingga satu tahun.
Untuk diikutsertakan dalam penelitian itu, pasien harus berusia antara 30 hingga 70 tahun dan memiliki fraksi ejeksi ventrikel kiri (LVEF) <45%.

Ilustrasi pose yoga (dok. ist)
Kelompok intervensi terdiri dari 35 peserta (31 laki-laki dan empat perempuan) dan 40 (30 laki-laki dan 10 perempuan) berada pada kelompok non-intervensi. Kelompok intervensi menerima terapi yoga dan terapi medis berdasarkan pedoman, sedangkan kelompok non-intervensi hanya melanjutkan dengan terapi medis berdasarkan pedoman standar. Parameter ekokardiografi dibandingkan pada berbagai tindak lanjut untuk melihat dampak terapi yoga pada pasien gagal jantung.
“Yoga merupakan gabungan teknik pikiran-tubuh, yaitu serangkaian latihan fisik [asana] dengan teknik pernapasan [pranayama], relaksasi, dan meditasi yang dapat digunakan secara efektif untuk merangsang kesejahteraan fisik dan mental,” kata Ajit Singh, Ph.D., ilmuwan peneliti untuk Dewan Penelitian Medis India di Kasturba Medical College & Hospital, Manipal Academy of Heart Education di Manipal, India, dan penulis utama studi dilaporkan MedicalXpress.
“Pasien kami mengalami perbaikan tekanan darah sistolik dan detak jantung dibandingkan dengan pasien yang menjalani pengobatan tanpa yoga,” ujarnya.
Peserta dalam kelompok yoga dibawa ke Departemen Yoga di rumah sakit dan terapis yoga berpengalaman mengajarkan terapi yoga pilihan seperti pranayama, meditasi, dan teknik relaksasi. Setiap sesi berlangsung sekitar 60 menit dan peserta diawasi selama satu minggu di pusat pelatihan sebelum diminta untuk melanjutkan yoga yang dilakukan sendiri di rumah.
Mereka yang tergabung dalam kelompok yoga disarankan untuk melakukan yoga setidaknya lima hari seminggu selama 12 bulan. Di pusat pelatihan, semua peserta diajari bersama untuk melakukan langkah-langkah yang sama, namun dukungan individu tersedia.
Para peneliti mengukur peningkatan kualitas hidup menggunakan kuesioner Kualitas Hidup Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang menggunakan 26 pertanyaan untuk mengevaluasi kualitas hidup dalam empat aspek: kesehatan fisik, psikologis, sosial dan lingkungan. Para peserta menyelesaikan kuesioner pada saat pendaftaran, serta pada minggu ke 24 dan 48 minggu masa tindak lanjut.
Menurut para peneliti, peserta dalam kelompok yoga mengalami peningkatan dalam daya tahan, kekuatan, keseimbangan, stabilitas gejala, dan kualitas hidup. Mereka juga mengamati bahwa meskipun pasien membaik secara fisik dan psikologis, tidak ada peningkatan dalam kesehatan sosial dan lingkungan.
Parameter ekokardiografi tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok pada awal. Pada masa tindak lanjut enam dan 12 bulan, peningkatan fungsi sistolik biventrikular terlihat pada kelompok intervensi (yoga) dibandingkan dengan kelompok non-intervensi.
Kelompok intervensi juga menunjukkan peningkatan substansial dalam hasil fungsional sebagaimana dinilai berdasarkan klasifikasi NHYA.
“Studi ini membuktikan bahwa penambahan terapi yoga pada standar manajemen medis gagal jantung mengarah pada peningkatan fungsi sistolik ventrikel kiri dan kualitas hidup pasien gagal jantung,” tandas Singh. (BS)