Berandasehat.id – Figur publik Chelsea Islan mengajak anak muda untuk melakukan deteksi dini kanker payudara sebelum terlambat. Pengalaman menjadi caregiver saat sang ibunda, Samantha Barbara divonis kanker payudara dan harus menjalani pengobatan panjang membuat Chelsea sadar dan memahami pentingnya deteksi kanker payudara.

Dia menyadari bahwa penderita kanker payudara harus memiliki support system dan caregiver dalam menjalani pengobatan. “Di Lovepink sudah ada komunitas caregiver untuk penderita kanker yang saling berbagi informasi. Untuk aku pribadi, pas mama menjalani kemoterapi dan banyak pengobatan, aku dampingi, ada quality time juga. Kalau cuma ngucapin peduli sama saja bohong, harus ada effort untuk dampingi,” ujar Chelsea di acara temu media Lovepink, sebuah organisasi nirlaba yang berfokus pada kegiatan sosialisasi deteksi dini kanker payudara di Plaza Indonesia, Rabu (27/9/2023).

Chelsea juga mendorong para anak muda, khususnya perempuan, untuk melakukan medical checkup. “Selain saling support sesama caregiver, aku sarankan lakukan medical checkup, bahkan yang tidak punya riwayat kanker. Kanker itu tidak selalu genetik. Meskipun orang tua gak ada kanker, kita bisa saja terdeteksi,” ujarnya

Selain deteksi dini kanker payudara dengan SADARI (periksa payudara sendiri), Chelsea menekankan pentingnya SADANIS (periksa payudara klinis).  “Kalau bingung (bagaimana melakukan) SADARI, lebih baik cek ke dokter untuk SADANIS, bisa dilakukan USG pada payudara,” bebernya.

Chelsea Islan (kiri) dan ibunda, Samantha Barbara (dok. IG @chelseaislan)

Dia mendorong agar setiap perempuan muda memberanikan diri jika menemukan keanehan atau ketidaknyamanan tertentu di area payudara. “Misalnya menemukan benjolan di bawah ketiak itu bisa jadi risiko adanya kanker payudara. Jadi segera periksa,” saran Chelsea.

Kesempatan sama, Ketua Pelaksana Indonesia Goes Pink 2023 Dede Gracia menyampaikan, data menyebut 1 dari 8 perempuan berpotensi kena kanker payudara. “Penting untuk menemukan kanker payudara di stadium awal dengan SADARI,” ujarnya.

SADARI dilakukan 7 hingga 10 hari pasca menstruasi yang dilakukan sebulan sekali sebagai upaya deteksi dini. “Saat SADARI, payudara diraba, dirasakan apakah ada benjolan atau keluar cairan saat dipencet. Bisa dilakukan saat mandi,” ujarnya. “Kalau memang menemukan benjolan, tidak usah takut karena dengan deteksi dini ditemukan di tahap awal kemungkinan besar bisa sembuh.”

Dede menyarankan bila menemukan benjolan saat SADARI, segera lakukan SADANIS di dokter onkologi di wilayah terdekat. “Lovepink ada  ada kegiatan PinkTalk, sebagai bagian dari edukasi untuk penyintas kanker payudara, kerja sama dengan klinik ke daerah yang sulit dijangkau. Kami jemput bola misalnya ke rusun untuk lakukan pemeriksaan dengan bantuan klinik yang punya fasilitas USG payudara,” bebernya.

Untuk usia di bawah 30 tahun pemeriksaan payudara dilaukan dengan USG, sedangkan di atas usia 30 dengan mamografi.

Pria juga didorong melakukan pemeriksaan payudara. Pasalnya, meski tidak memiliki payudara menonjol seperti halnya wanita, pria juga bisa terkena kanker payudara. “Laki-laki perlu periksa payudara, misalnya di tanggal gajian. Kalau menemukan benjolan kecil yang sebelumnya gak ada terus tiba-tiba ada, harus dicek. Ada perubahan sekecil apa pun harus aware,” jelas Dede.

Dede menekankan, dengan deteksi dini diharapkan pada tahun 2030 Indonesia akan bebas dari kanker payudara stadium lanjut. (BS)