Berandasehat.id – Gangguan tiroid merupakan suatu kondisi medis dimana hormon tiroid yang diproduksi oleh kelenjar tiroid tubuh kita tidak sesuai dengan kondisi normal atau kebutuhan tubuh. Padahal, kelenjar tiroid merupakan kelenjar penting dalam tubuh manusia yang berperan dalam mengatur metabolisme dan kesehatan tubuh.
Hormon tiroid sangat diperlukan untuk membantu tubuh menggunakan energi agar tetap hangat, serta membuat otak, jantung, otot dan organ lainnya bekerja sebagaimana mestinya. Sayangnya, masalah gangguan tiroid ini masih sering terabaikan. Diperkirakan sekitar 200 juta orang di seluruh dunia terkena gangguan tiroid dan lebih dari 50% dari penderita gangguan tiroid tidak terdiagnosis.
Di Indonesia, berdasarkan data tahun 2022, jumlah penyandang hipotiroid diperkirakan mencapai 12,4 juta orang dengan tingkat penanganan diperkirakan masih sangat rendah yaitu 1,9%. Sedangkan jumlah penyandang hipertiroid diperkirakan mencapai 13,2 juta dengan tingkat penanganan yang diperkirakan juga sangat rendah, hanya 6,2%.
“Gangguan tiroid penting untuk diperhatikan karena jika tidak terdeteksi segera dan mendapatkan penanganan yang tepat, akan menyebabkan kondisi hipertiroidisme atau hipotirodisme yang dapat berdampak serius pada semua kelompok usia,” ujar Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM., MARS.
Untuk itu, sebut Maxi, Kementerian Kesehatan berkomitmen untuk terus meningkatkan kesadaran publik tentang pentingnya deteksi dini dan diagnosis gangguan tiroid pada populasi dewasa yang berisiko tinggi. “Juga melakukan Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK) pada bayi baru lahir, dan memastikan pengobatan yang efektif untuk hipertiroid dan hipotiroid di Indonesia,” ujarnya.
Penting juga untuk diketahui bahwa gangguan tiroid merupakan salah satu penyakit yang dapat diturunkan. Maxi atas nama Kemenkes mengapresiasi upaya yang dilakukan Merck melalui kegiatan skrining gratis untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap gangguan tiroid.
Pentingnya kolaborasi berbagai sektor dalam upaya bersama mengatasi tantangan skrining (deteksi dini) dan pengelolaan gangguan tiroid di Indonesia. Disampaikan Ketua Indonesian Thyroid Association Cabang Jakarta Raya (InaTA Jaya), dr. Dicky L. Tahapary, Sp.PD-KEMD, Ph.D., FINASIM, InaTA secara berkelanjutan terus mengimbau masyarakat untuk mewaspadai risiko gangguan tiroid dan tidak perlu takut untuk melakukan skrining, terutama pada populasi dewasa berisiko tinggi. “Bila tidak didiagnosis dan ditangani sejak dini, bisa mengakibatkan masalah kesehatan serius, bahkan bisa menyebabkan gangguan tiroid dan kesehatan ke anak,” ujarnya.

Deteksi gangguan tiroid (dok. ist)
Melalui inisiatif talk show ‘Kenali Tiroid Anda (KITA)’ dan skrining tiroid gratis yang diselenggarakan oleh Merck dan RSCM, imbuh Dicky, diharapkan semakin banyak masyarakat umum yang teredukasi dan memiliki kepedulian terhadap gangguan tiroid. Dari sisi tenaga medis, InaTA mendorong kolaborasi dokter dari berbagai keilmuan untuk meningkatkan kualitas skrining dan pengelolaan gangguan tiroid.
“Skrining gratis yang kami lakukan bersama Merck merupakan salah satu upaya untuk mengetahui seseorang memiliki risiko gangguan tiroid. Untuk menyediakan akses bagi masyarakat atau pasien dengan gangguan tiroid, RSCM Kencana juga telah memiliki Cluster Tiroid Terpadu dimana di dalamnya terdapat fasilitas dan peralatan yang lengkap, serta didukung oleh dokter dari berbagai multidisiplin yang berkolaborasi untuk dapat menangani pasien dengan gangguan tiroid,” beber Direktur Medik dan Keperawatan Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM), dr. Ir. Renan Sukmawan, Sp.JP(K), PhD, MARS.
Kesadaran Gangguan Tiroid Rendah
Tantangan besar yang dihadapi saat ini adalah masih rendahnya kesadaran masyarakat terhadap gangguan tiroid, bahkan di kalangan dokter. Sebab, kondisi gangguan tiroid memiliki gejala yang bervariasi dan sering disalahtafsirkan sebagai penyakit lain. Sebagai mitra bagi tenaga kesehatan, Merck telah menjalankan Program RAISE Tiroid dalam rangka untuk meningkatkan kesadaran terhadap penyakit ini selama beberapa tahun terakhir.
“Hal itu penting dilakukan karena melihat adanya kebutuhan edukasi dan peningkatan kapabilitas dokter sebagai lini terdepan yang memberikan layanan kesehatan langsung kepada masyarakat untuk dapat meningkatkan skrining dan diagnosis gangguan tiroid pada populasi dewasa berisiko tinggi dan bayi baru lahir di Indonesia,” ujar Head of China & International Healthcare, Merck KGaA, Hong Chow.
Sebagai bagian dari komitmen Merck Global, Program RAISE Tiroid ditargetkan dapat menjangkau sekitar 52.000 tenaga kesehatan serta menyelenggarakan skrining pada 3 juta populasi dewasa berisiko tinggi di 7.000 fasilitas kesehatan.
Skrining yang dilakukan termasuk pemberian tes TSH gratis yang merupakan bagian dari program donasi Merck kepada IDI sebagai pelaksana testing. Dengan demikian diharapkan pada tahun 2030 terapi penanganan hipotiroid dapat meningkat menjadi 11% dari sebelumnya 1,9% pada 2022 dan hipertiroid menjadi 15% dari sebelumnya 6,2% pada tahun 2022.
Hong menambahkan, dalam 3 bulan pertama pelaksanaan yang dimulai sejak Mei 2023, program RAISE tiroid telah melatih lebih dari 2.600 praktisi kesehatan. Program ini telah menyediakan pemeriksaan gangguan tiroid untuk lebih dari 19.200 pasien di 59 kota, 12 provinsi, menggunakan indeks Wayne untuk hipertiroid dan indeks Billewicz untuk hipotiroid.
Selain itu, lebih dari 2.000 orang di 18 kota telah menjalani pemeriksaan Hormon Pemicu Tiroid (Thyroid-Stimulating Hormone/TSH). Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, 21% peserta telah terdeteksi mengalami gangguan tiroid. Kami berharap hasil tersebut dapat mendorong para partisipan dengan risiko gangguan tiroid untuk segera mendapatkan perawatan yang tepat. (BS)