Berandasehat.id – Peradangan otak adalah efek samping umum dari kemoterapi yang sedang berlangsung dan merupakan katalisator untuk serangkaian gejala fisik dan psikologis yang melemahkan, yang sayangnya belum ada solusinya.
Namun kini penelitian baru dari SAHMRI dan Universitas Adelaide, yang dipimpin oleh Dr. Courtney Cross menunjukkan bahwa menggunakan suplemen untuk meningkatkan asupan serat saat menjalani kemoterapi dapat secara signifikan mengurangi peradangan otak dan masalah kesehatan terkait.
“Dengan menggunakan model praklinis, kami menemukan bahwa suplementasi serat secara langsung menyebabkan perubahan positif pada mikrobioma usus dan berpotensi meringankan peradangan otak setelah kemoterapi,” kata Dr. Cross dikutip MedicalXpress.
“Penelitian kami menunjukkan serat mengurangi peradangan di wilayah otak yang bertanggung jawab atas memori sebanyak 50%. Ini sangat menarik karena suplementasi serat merupakan intervensi sederhana yang dapat diterapkan dengan murah dan mudah,” imbuhnya.
Serat pangan mempengaruhi mikrobioma dengan meningkatkan jumlah mikroba baik yang menghasilkan metabolit anti-peradangan yang disebut asam lemak rantai pendek. Asam lemak rantai pendek ini dapat masuk ke aliran darah dan mengurangi peradangan di seluruh tubuh, termasuk otak.

Ilustrasi makanan sumber serat (dok. ist)
Peradangan otak telah dikaitkan dengan serangkaian masalah neuropsikologis, termasuk gangguan kognitif, depresi, kecemasan, dan ketakutan akan kambuhnya kanker, menjadikannya target para peneliti yang mencoba mengurangi efek samping non-fisik dari pengobatan kanker.
“Kita semua berupaya meningkatkan kehidupan orang-orang yang mengidap dan melampaui kanker dengan cara apa pun yang kita bisa, karena selain menerima pengobatan akut, pasien juga sering menjalani kemoterapi jangka panjang untuk mencegah kambuhnya kanker dan hal ini berdampak signifikan pada kualitas hidupnya,” tutur Dr.Cross.
Peneliti optimistis bahwa peningkatan asupan serat berpotensi meringankan beban yang terkait dengan semua gejala neuropsikologis hanya dengan satu intervensi.
Para peneliti kini berupaya memulai uji klinis untuk membuktikan apakah peningkatan serat makanan memiliki manfaat yang sama pada manusia.
Studi tersebut telah diterbitkan di Brain, Behavior and Immunity. (BS)