Berandasehat.id – Nutrisi presisi dalam beberapa tahun terakhir cukup populer. Nutrisi presisi merupakan pola makan yang disesuaikan dengan kebutuhan tubuh yang bertujuan untuk membantu manusia hidup lebih lama dan lebih sehat. Baru-baru ini, peneliti Fakultas Kedokteran Universitas Virginia telah memperoleh wawasan baru tentang bagaimana gen orang Afrika-Amerika dan Hispanik-Amerika mempengaruhi kemampuan mereka dalam menggunakan asam lemak Omega-3 dan Omega-6 untuk kesehatan yang baik.
Omega-3 dan Omega-6 adalah jenis lemak sehat yang bisa diperoleh dari makanan, tapi banyak orang juga yang mengonsumsinya sebagai suplemen. Omega-3 membantu menjaga sistem kekebalan tubuh tetap sehat dan dapat menurunkan risiko penyakit jantung, sementara Omega-6 meningkatkan kesehatan kekebalan tubuh dan menawarkan manfaat lainnya.
Asam lemak itu juga memainkan peran penting dalam berfungsinya sel-sel tubuh manusia. Orang dengan kadar asam lemak lebih tinggi yang beredar di aliran darah diperkirakan memiliki risiko lebih rendah terkena penyakit jantung, diabetes tipe 2, penyakit Alzheimer, kanker payudara, dan penyakit serius lainnya.
Terdapat penelitian besar mengenai bagaimana gen mempengaruhi kemampuan tubuh untuk menggunakan Omega-3 dan Omega-6 pada orang keturunan Eropa, namun penelitian terhadap orang Amerika keturunan Hispanik dan Afrika masih jauh lebih sedikit.
Adalah Ani W. Manikhaikul, Ph.D., dan rekannya dari UVA berupaya mengatasi kesenjangan tersebut. Temuan baru mereka mengungkapkan kesamaan luas di antara kelompok-kelompok tersebut, namun juga beberapa perbedaan penting, perbedaan yang menurut para peneliti menyoroti perlunya melakukan studi genetik pada berbagai kelompok orang.

Ilustrasi keragaman bahan pangan (dok. ist)
“Orang-orang dari keturunan yang berbeda memiliki beberapa ciri berbeda dalam DNA mereka, dan kita dapat menemukan variasi genetik ini jika kita melibatkan beragam peserta dalam penelitian,” kata Manichaikul, dari Pusat Genomik Kesehatan Masyarakat dan Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat UVA. “Hasil dari penelitian ini membawa kita selangkah lebih dekat untuk mempertimbangkan spektrum penuh variasi genetik untuk memprediksi individu mana yang berisiko lebih tinggi mengalami kekurangan asam lemak.”
Pengaruh Genetik pada Penggunaan Asam Lemak
Untuk lebih memahami perbedaan genetik ini, Manikhaikul dan rekannya mengamati data yang dikumpulkan lebih dari 1.400 orang Hispanik-Amerika dan lebih dari 2.200 orang Afrika-Amerika. Data ini diperoleh melalui konsorsium Cohorts for Heart and Aging Research in Genomic Epidemiology (CHARGE), sebuah kelompok internasional yang dibentuk untuk memfasilitasi analisis genetik skala besar.
Manikhaikul dan rekan melaporkan bahwa temuan genetik sebelumnya mengenai metabolisme asam lemak pada orang keturunan Eropa sering kali berlaku juga pada orang keturunan Hispanik dan Afrika. Misalnya, satu lokasi pada kromosom tertentu telah diidentifikasi sebagai pusat penting bagi regulasi penggunaan asam lemak di Eropa, dan pusat tersebut terbukti penting bagi orang-orang keturunan Hispanik dan Afrika juga. Ada beberapa pengaruh genetik yang sama di ketiga kelompok.
Namun Manichaikul dan tim juga menemukan perbedaan penting, dengan beberapa sumber genetik yang sebelumnya tidak diketahui mengenai variasi kadar asam lemak di antara orang Amerika keturunan Hispanik dan orang Amerika keturunan Afrika.
Perbedaan yang dideteksi para peneliti pada orang Hispanik-Amerika dan Afrika-Amerika membantu menjelaskan mengapa tubuh mereka menggunakan asam lemak secara berbeda. Mereka juga menemukan jawaban atas pertanyaan seperti mengapa orang Hispanik dengan keturunan asli Amerika sering kali memiliki kadar asam lemak yang lebih rendah dalam darahnya.
Para peneliti mengatakan temuan baru mereka meletakkan dasar bagi penelitian di masa depan untuk menguji bagaimana perbedaan asam lemak dapat mempengaruhi hasil penyakit seperti kanker, atau bagaimana hal tersebut mempengaruhi fungsi sistem kekebalan tubuh.
Kita kemudian dapat menggunakan nutrisi yang tepat/nutrisi presisi, yakni pola makan yang dirancang dengan cermat atau suplementasi strategis untuk meningkatkan hasil tersebut.
“Studi kami menemukan variasi genetik baru terkait asam lemak yang belum pernah ditemukan dalam penelitian sebelumnya yang tidak mencakup banyak keragaman genetik,” kata Manikhaikul. “Dalam penelitian di masa depan, kami akan terus memasukkan sebanyak mungkin keragaman leluhur dan genetik, sehingga kami dapat mempelajari bagaimana beragam variasi dalam DNA manusia mempengaruhi kesehatan.”
Studi tersebut telah dipublikasikan di Communications Biology. (BS)