Berandasehat.id – Obesitas masih menjadi misteri, bahkan bagi para peneliti. Tim ilmuwan yang biasa meneliti obesitas masih kesulitan untuk menentukan penyebab penyakit ini. Mereka telah mengamati hubungan antara obesitas dan genetika, diabetes, asupan kalori, makanan tinggi lemak, dan karbohidrat. Kini, sebuah teori baru menyatakan bahwa semua faktor tersebut penting, namun faktor utama penyebab obesitas mungkin adalah bahan yang kerap dijumpai dalam keseharian, yakni fruktosa.
Fruktosa hadir dalam jumlah kecil pada makanan seperti buah-buahan, dan dalam jumlah besar dalam pemanis seperti gula meja dan sirup jagung fruktosa tinggi. Dalam artikel ilmiah yang diterbitkan minggu ini di jurnal Obesity, peneliti menjelaskan bahwa fruktosa memicu keinginan untuk mengonsumsi makanan berlemak dan karbohidrat, sekaligus menghalangi kemampuan tubuh untuk menggunakan energi yang tersimpan dari lemak.
Pada akhirnya, fruktosa mendorong orang untuk makan lebih banyak yang kemudian disimpan sebagai lemak, dalam siklus yang terus menghalangi tubuh untuk menggunakan energi yang disimpan tersebut sambil ‘memerintahkan’ untuk memperoleh lebih banyak. Jika diamati pada mamalia lain di alam, siklus ini biasanya dipicu pada saat krisis. Para peneliti menyebutnya sebagai ‘sistem spektakuler yang mempersiapkan hewan untuk menghadapi saat ketika makanan, air, atau oksigen kurang tersedia, seperti saat persiapan untuk migrasi jarak jauh atau hibernasi.’
Tubuh juga bisa membuat fruktosa daripada mendapatkannya dari sumber makanan. Selain siklus fruktosa yang dipicu saat stres, hal ini juga bisa disebabkan oleh kelebihan glukosa, yang terjadi pada penderita diabetes, kata para peneliti, dan saat mengonsumsi makanan tinggi garam atau rendah air.

Ilustrasi fruktosa (dok. ist)
Para penulis menjelaskan bahwa makan buah tidak mungkin memicu siklus fruktosa yang bermasalah karena buah mengandung fruktosa dalam jumlah rendah dan nutrisi serta serat dalam buah dapat menetralkan efek fruktosa. Tapi alkohol, khususnya bir, menyebabkan tubuh menghasilkan fruktosa.
“Pada dasarnya, teori-teori ini, yang menempatkan serangkaian faktor metabolisme dan pola makan sebagai pusat epidemi obesitas, semuanya merupakan potongan teka-teki yang disatukan oleh satu bagian terakhir, yakni fruktosa,” kata penulis Richard Johnson, MD, seorang peneliti di Universitas Kampus Medis Colorado Anschutz.
“Fruktosa memicu metabolisme kita beralih ke mode daya rendah dan kehilangan kendali atas nafsu makan, namun makanan berlemak menjadi sumber kalori utama yang mendorong penambahan berat badan,” tandasnya dikutip WebMD. (BS)