Berandasehat.id – Stroke merupakan kondisi medis serius yang terjadi ketika aliran darah ke otak terganggu, hal ini dapat terjadi karena penyumbatan pada pembuluh darah (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah (stroke hemoragik) alias pendarahan. Stroke sering terjadi secara tiba-tiba dengan kondisi yang parah, seperti kesulitan berbicara atau memahami pembicaraan, kelumpuhan atau kelemahan pada satu sisi tubuh, dan kehilangan koordinasi. 

Stroke juga menjadi salah satu penyebab utama kecacatan serta penyebab kematian terbesar kedua di seluruh dunia, menurut Global Stroke Factsheet dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2022. Laporan tersebut juga menyatakan bahwa risiko stroke seumur hidup telah meningkat sebesar 50% dalam 17 tahun terakhir, dan sekarang satu dari setiap empat orang diperkirakan akan mengalami stroke selama hidupnya.

Menurut Prof.Dr.dr.Yuda Turana, Sp.S, Anggota Dewan Pembina Perhimpunan Hipertensi Indonesia (InaSh), perawatan medis yang cepat dapat meminimalkan kerusakan otak dan meningkatkan peluang pemulihan. “Hipertensi itu merupakan faktor risiko utama stroke yang dapat dicegah atau diobati,” ujarnya di acara temu media menandai peluncuran Kalkulator Risiko Stroke dari Omron di Jakarta, baru-baru ini.

Diskusi media terkait faktor risiko dan pencegahan stroke (dok. Berandasehat.id)

Selain hipertensi, ada sejumlah faktor risiko lain yang dapat diobati, di antaranya detak jantung yang tidak teratur (fibrilasi atrium), merokok, diet, dan olahraga. “Tidak kalah penting adalah pencegahan dengan memeriksa tekanan darah secara rutin di rumah,” pesan Prof Yudha.

Sebuah studi yang dilakukan oleh Omron Healthcare menemukan bahwa pasien hipertensi yang rutin memeriksa tekanan darah mereka di rumah, dapat mengurangi tekanan darah mereka rata-rata sebesar 10 mmHg. Dengan kata lain, kejadian stroke dapat dicegah dengan memantau tekanan darah dan gaya hidup.

Lebih lanjut Prof Yudha menyampaikan, data WHO menyebut satu dari empat orang dewasa di Asia Tenggara memiliki tekanan darah tinggi. Sayangnya, hanya satu dari tiga orang yang menjalani pengobatan, dan hanya satu dari sepuluh orang yang kondisinya terkendali. 

Sementara itu, sebuah studi internal yang dilakukan oleh Omron dari November 2021 hingga Oktober 2022 menemukan bahwa melakukan pemeriksaan tekanan darah secara teratur di rumah dapat mengurangi risiko stroke hingga 54%.

Kalkulator Risiko Stroke

Dalam upaya deteksi risiko stroke, Omron merilis fitur Kalkulator Risiko Stroke (Stroke Risk Calculator) memungkinkan pengguna berusia 20 hingga lebih dari 90 tahun #TauLebihAwal (mendeteksi lebih awal) risiko stroke mereka berdasarkan 20 pertanyaan yang telah teruji secara ilmiah dalam waktu 3 menit. “Kalkulator tersebut dikembangkan oleh Auckland University of Technology, Selandia Baru, dengan bantuan lebih dari 300 ahli stroke terkemuka dari 102 negara yang menjadikan projek ini sebagai inisiatif kesehatan seluler kolaboratif internasional terbesar di dunia, berkat kemitraan yang luas,” ujar Director, Marketing and Digital Health Omron Healthcare Singapore Alexis En.

En menambahkan bahwa pola makan, kebiasaan, dan gaya hidup yang buruk semuanya berkontribusi terhadap peningkatan risiko stroke. “Dengan visi Going for Zero, Omron memperkenalkan Kalkulator Risiko Stroke dalam aplikasi Omron Connect sehingga pengguna dapat dengan mudah mengakses untuk mengukur risiko terkena stroke, dan mengambil tindakan pencegahan sebelum terlambat,” terangnya.

Kalkulator tersebut  merupakan bagian dari kampanye perusahaan ‘Angkat Lengan Baju, Turunkan Risiko Stroke’ dan dapat memperkirakan risiko seseorang dalam 5 hingga 10 tahun ke depan.

Kalkulator Risiko Stroke tersedia dan bisa diunduh dari toko aplikasi ponsel pintar Android dan iOS. Interface-nya memberikan gambaran umum yang komprehensif kepada para pengguna mengenai kondisi tekanan darah, durasi dan kualitas tidur, berat badan dan BMI (indeks massa tubuh), dan sebagainya.

Fitur Kalkulator Risiko Stroke dari Omron (dok. ist)

Kesempatan sama, Direktur Omron Healthcare Indonesia Tomoaki Watanabe menambahkan, sebagai upaya menambah nilai lebih pada manajemen kesehatan kardiovaskular berbasis perawatan pencegahan, Omron Healthcare telah mengembangkan Omron Complete, sebuah monitor tekanan darah lengan atas dengan teknologi EKG built-in untuk mengukur tekanan darah dan EKG secara bersamaan. “Memiliki kemampuan untuk mengukur kedua faktor risiko stroke ini dalam satu alat, memudahkan mereka yang hidup dengan AFib (fibrilasi atrium) untuk melacak kondisi mereka dan mengetahui kapan harus mencari pengobatan,” ujarnya.

Watanabe menekankan, pemantauan tanda-tanda vital seperti tekanan darah dan elektrokardiogram secara teratur penting untuk mengidentifikasi dan mengelola kondisi tanpa gejala seperti hipertensi dan irama jantung yang tidak normal serta memungkinkan pencegahan dan intervensi dini. 

Hipertensi sering disebut sebagai pembunuh senyap karena banyak orang yang tidak menyadarinya. “Jadi, satu-satunya cara untuk mengetahuinya adalah dengan memonitor tekanan darah secara teratur di rumah,” pungkas Tomoaki Watanabe. (BS)