Berandasehat.id – Stroke menjadi penyakit yang melemahkan, dan tak jarang mengancam nyawa. Penyakit ini bukan hanya mengintai orang lanjut usia namun juga anak muda. Dalam beberapa tahun terakhir serangan stroke di usia muda kerap terjadi. Sejumlah faktor gaya hidup dipercaya berkontribusi pada serangan stroke di usia 30an seperti merokok, gaya hidup malas gerak, kegemukan hingga kesehatan mental – misalnya hidup dengan stres yang tidak dikelola dengan baik.
Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut 85% kematian di seluruh dunia disebabkan oleh serangan jantung dan stroke. Meski tak semua stroke berakibat kematian, namun tak jarang penyintas stroke harus hidup dengan kecacatan sehingga menurunkan kualitas hidup, khususnya bila terlambat ditangani.
Menurut spesialis neurologi RS Pondok Indah Puri Indah dr. Sigit Dewanto, Sp.N, FINS, FINA, stroke pada dasarnya diakibatkan oleh dua hal, yakni stroke iskemik (sumbatan) dan stroke hemoragik (pendarahan akibat pecah pembuluh darah) yang memicu terputusnya asupan oksigen dan nutrisi ke jaringan otak sehingga jaringan otak menjadi rusak.
Di antara kedua jenis stroke, sekira 80% kasus stroke yang terjadi diakibatkan dari adanya sumbatan di pembuluh darah otak. “Sekitar 80% kasus stroke yang terjadi adalah akibat adanya sumbatan pada pembuluh darah otak. Sementara sisanya, 20% akibat adanya perdarahan atau pecahnya pembuluh darah di otak,” ujar dr. Sigit dalam temu media di Jakarta, baru-baru ini. “Diagnosis stroke itu harus tegak agar pasien mendapatkan penanganan yang tepat sesuai kondisinya.”
Dokter Sigit mengatakan gejala stroke berbeda dengan penyakit lain seperti tumor otak yang tumbuh pelan-pelan lalu menimbulkan gejala. “Pada stroke, gejala yang muncul datang dengan tiba-tiba,” terangnya.

Ilustrasi sakit kepala (dok. ist)
Sejumlah gejala stroke yang perlu diwaspadai di antaranya rasa kesemutan pada wajah, tangan, dan kaki pada salah satu sisi tubuh, kebingungan, kesulitan bicara atau memahami pembicaraan, kesulitan melihat. “Kesulitan berjalan atau mengalami gangguan keseimbangan, vertigo, nyeri kepala yang sangat hebat, hingga pingsan dan tidak sadarkan diri juga perlu diwaspadai sebagai gejala stroke,” tuturnya. “Bila menemukan gejala seperti itu, segera ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan.”
Stroke sumbatan yang terlambat ditangani bisa memicu kecacatan seumur hidup yang menurunkan produktivitas dan kualitas hidup. Dokter Sigit mengatakan, umumnya pasien stroke akibat penyumbatan akan dilakukan penanganan seperti mengencerkan plak atau sumbatan yang ada pada pembuluh darah otak.
Pada stroke iskemik/sumbatan, tindakan medis dilakukan untuk memulihkan aliran darah yang tersumbat. Metode metode intra-vena thrombolysis dilakukan untuk stroke sumbatan kurang 4,5 jam dari gejala. Sedangkan jika lewat 4,5 jam, maka tindakan yang dilakukan untuk menyelamatkan pasien adalah dengan metode intra-arterial thrombolysis. “Bagaimana jika lewat dari 6 jam? Metode yang dilakukan adalah mechanical thrombectomy,” ujar dr. Sigit.
Ketiga metode itu memiliki tujuan yang sama, sebut dr. Sigit, yakni menghancurkan plak yang menyumbat agar aliran darah lancar sehingga diharapkan pasien stroke berhasil pulih.
lebih lanjut dr. Sigit menerangkan, tindakan intra-vena thrombolysis dapat dilakukan di IGD sekira 1 jam, demikian pula dengan intra-arterial thrombolysis. Sedangkan mechanical thrombectomy membutuhkan waktu penindakan 1-2 jam tergantung kondisi pasien. (BS)