Berandasehat.id – Sensitivitas terhadap alergen makanan umum seperti susu sapi dan kacang tanah bisa menjadi penyebab penyakit jantung yang penting dan sebelumnya tidak diketahui. Studi baru juga menyebut adanya peningkatan risiko kematian kardiovaskular terjadi pada orang-orang yang tidak memiliki alergi makanan yang jelas.
Analisis studi dipimpin oleh Corinne Keet, MD, Ph.D., profesor alergi dan imunologi pediatrik di Departemen Pediatri UNC terhadap dua studi longitudinal, penulis menunjukkan bahwa orang-orang yang memproduksi antibodi IgE terhadap susu sapi dan makanan lain risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular meningkat secara bermakna. Hal ini terbukti sahih bahkan ketika faktor risiko tradisional penyakit jantung, seperti merokok, tekanan darah tinggi, dan diabetes juga ikut diperhitungkan.
Hubungan yang paling kuat terjadi pada susu sapi, namun IgE terhadap alergen lain seperti kacang tanah dan udang juga signifikan pada mereka yang mengonsumsi makanan tersebut.
Temuan yang meresahkan ini merupakan pertama kalinya antibodi IgE terhadap makanan umum dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular, lapor para peneliti.
Temuan itu tidak secara meyakinkan membuktikan bahwa antibodi makanan menyebabkan peningkatan risiko, namun studi didasarkan pada penelitian sebelumnya yang menghubungkan peradangan alergi dan penyakit jantung.
“Orang-orang yang memiliki antibodi yang disebut IgE terhadap makanan yang mereka konsumsi secara rutin tampaknya memiliki peningkatan risiko kematian akibat penyakit jantung,” kata Keet, yang merupakan penulis makalah tersebut dilaporkan MedicalXpress.

Ilustrasi kacang tanah (dok. ist)
“Kami terkejut dengan temuan ini karena sangat umum terdapat IgE pada makanan (sekitar 15% orang dewasa Amerika memiliki IgE pada alergen makanan yang umum), dan kebanyakan orang tidak memiliki gejala apa pun saat mereka mengonsumsi makanan tersebut,” imbuh Keet. “Sebagai ahli alergi, pemikiran kami selama ini tidak penting jika seseorang memiliki IgE pada suatu makanan, selama mereka tidak memiliki gejala saat memakan makanan tersebut,” katanya.
Penelitian ini menggunakan dua metode untuk menguji hubungan antara sensitisasi IgE terhadap makanan dan kematian kardiovaskular. Data dari 4.414 orang dewasa yang berpartisipasi dalam Survei Kesehatan dan Pemeriksaan Nasional (NHANES) dan 960 peserta di situs Wake Forest kohort Multi-Ethnic Study of Atherosclerosis (MESA) digunakan.
Peserta terdaftar di MESA dari tahun 2000-2002 dan diikuti hingga 19 tahun. Peserta terdaftar di NHANES dari tahun 2005 hingga 2006 dan data kematian hingga usia 14 tahun dilacak. IgE total dan spesifik diukur pada susu sapi, telur, kacang tanah, udang, dan panel aeroalergen untuk kelompok NHANES.
IgE pada susu sapi, alpha-gal, kacang tanah, tungau debu dan rumput timothy diukur pada kelompok MESA.
Di NHANES, tercatat 229 kematian kardiovaskular dan 960 kematian akibat MESA juga dilaporkan. Sensitisasi susu terutama dikaitkan pada NHANES dan MESA. Para peneliti juga menemukan bahwa kepekaan terhadap makanan terhadap udang dan kacang tanah merupakan faktor risiko tambahan penyakit jantung.
Penting juga untuk dicatat bahwa hubungan dalam temuan ini berkaitan dengan sensitisasi makanan dan bukan alergi klinis. Meskipun para peneliti tidak memiliki akses terhadap informasi tentang alergi makanan klinis pada kelompok mana pun, mereka berharap bahwa individu yang melaporkan rutin mengonsumsi alergen makanan pada kuesioner frekuensi makanan tidak menunjukkan gejala alergi makanan.
Dengan demikian, temuan yang menunjukkan bagaimana hubungan tersebut diperkuat ketika peneliti mengecualikan mereka yang menghindari makanan menunjukkan bahwa temuan ini paling relevan bagi mereka yang belum didiagnosis alergi makanan.
Keet mengatakan hasil ini menimbulkan pertanyaan tentang apakah orang-orang yang tampaknya tidak alergi ini mungkin mempunyai konsekuensi jangka panjang dari mengonsumsi makanan yang membuat mereka peka.
Studi tersebut menyatakan bahwa selain dua laporan terbaru yang mengaitkan IgE dengan alergen karbohidrat alfa-gal yang tidak biasa terhadap penyakit arteri koroner, penyakit kardiovaskular sebelumnya belum pernah diidentifikasi sebagai komplikasi jangka panjang dari sensitisasi makanan.
Namun, saat ini terdapat bukti substansial mengenai pentingnya jalur imun tipe alergi pada fisiologi jantung normal dan penyakit jantung.
Karena penemuan hubungan antara sensitisasi susu dengan kematian akibat penyakit kardiovaskular adalah hal baru, Keet mengatakan masih banyak hal yang perlu dieksplorasi sejauh mana relevansi sensitisasi makanan dan pola makan dalam perkembangan penyakit kardiovaskular.
“Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan mengenai bagaimana sensitisasi terhadap alergen makanan umum berhubungan dengan penyakit kardiovaskular,” ujar Keet. “Meskipun penelitian ini memberikan bukti yang baik tentang hubungan antara sensitisasi terhadap alergen dan kematian akibat penyakit kardiovaskular, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk memahami apakah ini merupakan hubungan sebab akibat.”
Hasil studi telah diterbitkan di The Journal of Allergy and Clinical Immunology. (BS)