Berandasehat.id – Administrasi Obat dan Makanan AS (FDA) menyetujui vaksin pertama untuk virus chikungunya, yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk. Vaksin yang diberi nama Ixchiq dan diproduksi oleh Valneva Austria GmbH ini diberikan dalam dosis tunggal kepada orang berusia di atas 18 tahun yang berisiko lebih tinggi terkena virus.
Keamanan vaksin ditentukan melalui dua studi klinis yang melibatkan sekitar 3.500 orang dewasa. Efek samping yang umum termasuk sakit kepala, kelelahan, nyeri otot, nyeri sendi, demam, mual, dan nyeri tekan saat jarum masuk ke kulit.
Reaksi parah yang menghalangi aktivitas sehari-hari atau memerlukan intervensi medis terjadi pada 1,6% penerima vaksin, kata FDA dalam pernyataan yang mengumumkan persetujuan tersebut. Dua orang penerima vaksin harus dirawat di rumah sakit.
Chikungunya adalah ancaman kesehatan global yang sedang berkembang dan setidaknya 5 juta kasus telah dilaporkan dalam 15 tahun terakhir, kata FDA. Risiko infeksi tertinggi terjadi di wilayah tropis dan subtropis di Afrika, Asia Tenggara, dan sebagian benua Amerika.
Gejala umum virus ini termasuk demam, nyeri sendi, ruam, sakit kepala, dan nyeri otot. Beberapa orang akan mengalami nyeri sendi selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan kematian dan penyakit parah jarang terjadi.

CDC mengatakan kasus chikungunya di AS jarang terjadi sebelum tahun 2006. Dari tahun 2006 hingga 2013, rata-rata 28 orang per tahun dinyatakan positif, semuanya adalah wisatawan yang kembali dari daerah yang terkena dampak di Asia, Afrika, atau Samudera Hindia. Mulai tahun 2014, kasus chikungunya dilaporkan terjadi di kalangan wisatawan AS yang kembali dari daerah yang terkena dampak di Amerika. Transmisi lokal diidentifikasi di Florida, Texas, Puerto Rico, dan Kepulauan Virgin AS.
“Infeksi virus chikungunya dapat menyebabkan penyakit parah dan masalah kesehatan berkepanjangan, terutama bagi orang lanjut usia dan individu dengan kondisi medis penyerta,” kata Peter Marks, MD, Direktur Pusat Evaluasi dan Penelitian Biologi FDA.
“Persetujuan hari ini menjawab kebutuhan medis yang belum terpenuhi dan merupakan kemajuan penting dalam pencegahan penyakit yang berpotensi melemahkan dengan pilihan pengobatan yang terbatas,” ujar Marks dilaporkan WebMD. (BS)