Berandasehat.id – Sel kanker payudara yang mengekspresikan gen pemicu kanker sangat bergantung pada vitamin B5 untuk tumbuh dan bertahan hidup, demikian temuan terbaru sekelompok peneliti yang dipimpin oleh Francis Crick Institute, bekerja sama dengan National Physical Laboratory (NPL) dan Imperial College London.

Dalam penelitian yang dipublikasikan di Nature Metabolism, tim peneliti yang merupakan bagian dari tim Cancer Grand Challenges Rosetta, mempelajari efek metabolik dari salah satu gen utama penggerak kanker yang disebut Myc. Pada sel tumor dimana Myc sangat diekspresikan, hal ini mengganggu proses normal, mendorong pertumbuhan sel dan juga membuat sel tumor bergantung pada nutrisi tertentu.

Ketergantungan ini dapat dimanfaatkan sebagai target terapi potensial, namun sulit untuk mengidentifikasi dan menargetkan ketergantungan metabolik pada tumor manusia dengan tepat, karena ekspresi Myc dapat bervariasi di seluruh tumor.

Para peneliti mengembangkan tumor di dalam tikus dengan dua jenis sel yang berbeda, baik dengan tingkat Myc yang tinggi atau rendah. Mereka juga mentransplantasikan jaringan tumor kanker payudara manusia ke tikus, yang juga memiliki campuran area Myc-high dan Myc-low.

Dengan menggunakan teknik yang disebut pencitraan spektrometri massa, para peneliti melihat bahwa vitamin B5 dikaitkan dengan area tinggi Myc pada tumor yang ditransplantasikan pada tikus dan manusia. Hubungan ini juga diamati pada biopsi yang diambil dari pasien kanker payudara.

Tim peneliti menemukan bahwa Myc meningkatkan jumlah transporter multivitamin, yang memungkinkan lebih banyak vitamin B5 masuk ke dalam sel. Ketika para peneliti membuat sel memproduksi lebih banyak molekul yang membentuk transporter, lebih banyak vitamin B5 yang masuk ke dalam sel, bahkan di sel rendah Myc. Hal ini cukup untuk memungkinkan pertumbuhan sel-sel ini lebih cepat, seperti yang biasanya dilakukan Myc.

Mereka kemudian memberi tikus makanan yang kekurangan vitamin B5, dan melihat bahwa tumor campuran Myc-rendah dan Myc-tinggi tumbuh lebih lambat dibandingkan tumor pada tikus yang diberi makanan standar. Hal serupa juga terjadi pada jaringan kanker payudara manusia saat ditransplantasikan ke tikus.

Para peneliti percaya bahwa hubungan dengan pertumbuhan tumor ini disebabkan oleh peran kunci vitamin B5 dalam metabolisme. Setelah dimasukkan ke dalam sel, B5 diubah menjadi molekul yang disebut koenzim A, yang kemudian dapat digunakan dalam banyak jalur metabolisme. Hal ini pada akhirnya menghasilkan lebih banyak energi dan produksi bahan (seperti lemak, protein, dan karbohidrat), yang memungkinkan sel untuk tumbuh.

Meskipun penelitian ini menghubungkan vitamin B5 dan pertumbuhan tumor, akan terlalu sederhana untuk membatasi asupan vitamin B5 bagi penderita kanker mengingat vitamin juga penting bagi sistem kekebalan tubuh untuk melawan tumor. 

Para peneliti sekarang merancang strategi untuk melemahkan tumor secara selektif, tanpa mempengaruhi sistem kekebalan tubuh, untuk meningkatkan kemungkinan hasil klinis yang menguntungkan.

Peter Kreuzaler, mantan peneliti pascadoktoral di Laboratorium Metabolisme Onkogen dan Tumor di Crick, dan sekarang Pemimpin Kelompok di Universitas Cologne, mengatakan sebelumnya, metabolisme tumor diukur secara massal, dan tidak dapat memberikan terlalu banyak wawasan tentang bagaimana suatu area tumor dapat diukur menggunakan molekul seperti vitamin secara berbeda.

“Dengan menggunakan teknik pencitraan khusus beresolusi tinggi dalam penelitian ini, kita dapat melihat bagaimana metabolisme berbeda di seluruh tumor, dan bahwa mengonsumsi satu vitamin saja dapat menghentikan serangkaian kejadian pemicu kanker,” jelas Kreuzaler.

Dia menambahkan, namun demikian hal ini belum memberikan gambaran keseluruhan. “Tikus yang digunakan dalam penelitian ini memiliki sistem kekebalan yang lemah, jadi langkah selanjutnya adalah melihat dampak dari menghilangkan vitamin B5 dalam sistem kekebalan yang kuat,” bebernya.

Melacak kadar vitamin B5 juga dapat digunakan sebagai biomarker (penanda biologis), untuk membantu peneliti dan dokter memahami susunan genetik tumor seseorang. Bekerja sama dengan King’s College London, tim ini juga mengembangkan pelacak vitamin B5 yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi pasien yang lebih mungkin merespons pengobatan spesifik Myc dalam uji klinis.

Mariia Yuneva, pemimpin kelompok senior di Laboratorium Metabolisme Onkogen dan Tumor di Crick, dan salah satu peneliti di tim Cancer Grand Challenges Rosetta, mengatakan banyak orang menderita kanker yang tidak memberikan respons yang baik terhadap pengobatan atau jika pengobatan yang ada tidak memberikan respons yang baik terhadap pengobatan. “Ketergantungan metabolik pada tumor telah dieksplorasi sebagai target terapi potensial pada model kanker pada tikus dan menunjukkan hasil yang menjanjikan,” tuturnya.

Dia melanjutkan, tumor manusia jauh lebih kompleks. “Penting bagi kita untuk memahami peran profil genetik yang berbeda, dan interaksi antara tumor dan sel-sel tubuh, untuk merancang terapi efektif yang menargetkan metabolisme tumor pada manusia,” tandasnya dikutip MedicalXpress.

Selain itu, vitamin B5 diperlukan untuk fungsi tubuh normal, jadi upaya membatasi akses vitamin B5 pada tumor adalah tindakan yang seimbang dan dapat menimbulkan efek samping toksik. “Ini juga bukan tugas yang mudah karena vitamin B5 diproduksi oleh mikroba di usus,” terang Yuneva. 

Namun akan menarik untuk menguji bagaimana perubahan kadar vitamin dapat membuat perbedaan dalam pengobatan, atau bagaimana kita dapat menggunakan metabolisme vitamin B5 untuk mengkarakterisasi jenis tumor yang dimiliki seseorang dan apakah tumor tersebut akan merespons pengobatan yang berbeda. (BS)