Berandasehat.id – Faktor pertumbuhan epidermal dan reseptornya – yang merangsang pertumbuhan jaringan epidermis – ditemukan lebih dari 60 tahun yang lalu oleh mendiang Stanley Cohen, Ph.D., ahli biokimia pemenang Hadiah Nobel di VUMC yang meninggal pada tahun 2020. Saat ini EGFR adalah target untuk semakin banyak obat kanker.
Para peneliti di Vanderbilt University Medical Center – untuk pertama kalinya – berhasil menemukan aktivasi reseptor faktor pertumbuhan epidermal (EGFR) sangat penting untuk perkembangan fibrosis ginjal, yakni jaringan parut setelah cedera yang dapat menyebabkan gagal ginjal.
Temuan yang dilaporkan pada 14 November di jurnal Nature Communications, dapat mengarah pada pengobatan pertama yang efektif untuk fibrosis ginjal. Hal itu juga dapat memberikan wawasan tentang perkembangan fibrosis pada organ lain, termasuk pankreas, paru dan hati, serta kondisi lainnya.
Penelitian sebelumnya telah mengimplikasikan jalur sinyal EGFR dalam perkembangan fibrosis ginjal, namun hingga saat ini mekanisme yang mendasari terjadinya fibrosis belum dapat ditentukan.
Penulis makalah Ming-Zhi Zhang, MD, MSc, dan Raymond C. Harris, MD, telah lama tertarik untuk memahami mekanisme yang mendasari fibrosis dan kegagalan ginjal progresif.

Para peneliti VUMC berfokus pada perisit dan fibroblas, sel-sel penting untuk pembentukan dan fungsi membran basal dan ekstraseluler, yang memberikan dukungan struktural dan biokimia pada jaringan, termasuk ginjal.
Studi terkini menunjukkan bahwa setelah cedera ginjal akut, perisit dan fibroblas bermigrasi, berproliferasi, dan akhirnya berdiferensiasi menjadi miofibroblas. Sel-sel ini terlibat dalam jaringan parut fibrotik pada tubulus, yang di ginjal merupakan struktur kunci untuk menghilangkan produk limbah dari aliran darah.
Pada model tikus, para peneliti menunjukkan bahwa aktivasi EGFR diperlukan untuk migrasi dan proliferasi fibroblas dan perisit ginjal sebelum diubah menjadi myofibroblast. Penghapusan EGFR secara selektif dari dua populasi sel menghambat perkembangan fibrosis setelah cedera ginjal akut.
Pada tingkat molekuler, aktivasi EGFR dipicu oleh enzim yang disebut ADAM17, yang memecah EGF dan ligan lain yang berikatan dengan reseptor. ADAM17, pada gilirannya, diaktifkan oleh protein intramembran iRhom2.
Menargetkan iRhom2 bisa menjadi salah satu cara untuk memblokir aktivasi EGFR. Target lain yang mungkin adalah reseptor terkait yang disebut ErbB4, yang ketika diaktifkan dalam fibroblas, berpotensi melawan efek aktivasi EGFR, kata para peneliti.
Tim peneliti mengatakan, studi lebih lanjut diperlukan untuk mengonfirmasi hipotesis ini. (BS)