Berandasehat.id – Disadari atau tidak, mengasuh anak kini semakin menantang, khususnya bagi ibu bekerja yang tidak bisa 24 jam mendampingi buah hati. Berbagai tantangan dihadapi orang tua dalam pengasuhan, di antaranya anak terlambat bicara, kecanduan game online, remaja yang dirasa jauh dari orang tua, dan dewasa yang tidak bersemangat hidup, hingga kesulitan orang tua dalam membesarkan anak dengan kebutuhan khusus.
“Itu adalah kondisi-kondisi yang senantiasa lami hadapi di JCDC,” ujar Nadia Emanuella Gideon, psikolog klinis yang juga pendiri sekaligus direktur pelaksana Jakarta Child Development Center (JCDC) saat ditemui di sela acara Special Culinary Festival untuk memfasilitas anak berkebutuhan khusus di Kedoya Jakarta Barat, Minggu (10/12/2023).
Nadia menambahkan, sebagai upaya pemenuhan hak anak dan perlindungan khusus anak, sejalan dengan salah satu visi
dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPA) yaitu pemenuhan hak anak dan perlindungan khusus anak, JCDC berupaya untuk menjadi partner yang andal dan tepercaya bagi para orang tua dan individu dalam menghadapi tantangan dalam pengasuhan. Termasuk mengoptimalkan tumbuh kembang dan kesehatan mental serta pengembangan diri anak dan remaja.
Tak dimungkiri, orang tua memang perlu partner yang andal dalam mengasuh anak, termasuk anak berkebutuhan khusus. “Sayangnya, tidak ada sekolah untuk menjadi orang tua. Sementara kondisi dunia semakin kompleks, ilmu juga terus berkembang sehingga cara pengasuhan juga perlu disesuaikan dengan tipe masing-masing anak,” terang Nadia, psikolog klinis anak.

Psikolog JCDC ini berbagi tips bagi orang tua dalam mendampingi anak di sela kesibukan agar memiliki hubungan yang berkualitas:
1. Ajak bicara anak di tiap kesempatan. Berikan selalu respons terhadap suara, bunyi,
gerakan dan isyarat yang ditunjukkan oleh anak. “Kita adalah detektifnya anak-anak,” beber Nadia.
2. Ketika bersama anak, jauhkan segala hal yang mengganggu, misalnya gawai, televisi, dan lainnya. “Hadirlah secara emosi dan pikiran bersama anak,” sarannya.
3. Gunakan waktu yang ada setiap hari untuk learning experience, mendengar, tertawa, meraba, mengecap, memegang, bahkan menangis bersama.
4. Bermain, bermain dan bermain sesuai ide anak atau topik pembicaraan yang mereka suka.
5. Jadi role model. “Anak-anak pintar meniru loh. Orang tua akan jadi role model mereka. Perhatikan cara kita mengelola emosi, berinteraksi dengan orang di sekeliling kita, dan melihat tantangan,” Nadia mengingatkan.
Dia mendorong orang tua untuk menjalankan tips tersebut setiap waktu, saat punya kesempatan bersama anak. “Sebagai orang tua
pastinya waktu kita terbatas dengan beragam aktivitas ataupun pekerjaan. Jadi santai saja, gunakan waktu yang ada untuk penuhi hak anak menstimulasi tumbuh kembang anak secara natural,” beber Nadia.
Anak Berkebutuhan Khusus Bisa Mandiri
Menandai ulang tahun keempat, JCDC kembali mengadakan acara The Specialpreneurs 2.0
dengan mengangkat tema Special Culinary Festival pada 9 dan 10 Desember 2023 ini. Di acara ini JCDC mengajak teman-teman spesial yaitu anak-anak berkebutuhan khusus, untuk unjuk kemampuan dan unjuk hasil karya.
“Melalui acara ini kami ingin memberikan semangat kepada teman-teman spesial kami bahwa mereka juga bisa mandiri dan produktif,” jelas Nadia.
Kali ini JCDC mengajak UMKM untuk ikut berpartisipasi. “Kami ingin tunjukkan kepada UMKM, membuka mata mereka bahwa anak-anak spesial ini bisa bekerja sesuai kapasitas dan minat mereka,” terang Nadia.
Acara yang digelar dua hari tersebut menampilkan kolaborasi kuliner khusus teman-teman spesial serta pertunjukan seni dan pameran hasil karya mereka. “Di JCDC Artism Exhibition, kami memperkenalkan hasil karya teman-teman spesial JCDC dengan keunikan dan kelebihannya masing-masing.
JCDC menaruh perhatian spesial terhadap anak-anak berkebutuhan khusus ini. Ketika mereka masuk usia dewasa di 18 tahun, kami harapkan mereka mempersiapkan diri untuk menjadi mandiri dan produktif,” tutur psikolog lulusan Universitas Indonesia.
Lebih lanjut Nadia menyampaikan, di JCDC, telah dikembangkan kelas vokasi khusus bagi teman-teman spesial. “Kami pantau perkembangan psikologisnya, juga diajarkan berbagai ketrampilan yang bisa menjadikan mereka mandiri dan produktif, serta memberikan wadah bagi mereka
bisa produktif,” urainya.

JCDC secara konsisten melibatkan anak-anak berkebutuhan khusus sejak dari awal berdirinya. Bekerja sama dengan donatur, di tahun pertama, JCDC memberikan pelayanan gratis kepada klien. Di tahun kedua JCDC mendonasikan kursi roda dan sepatu khusus bagi para cerebral palsy, alat bantu
lihat dan dengar. Mulai tahun ketiga, JCDC menggelar Specialpreneurs dengan melibatkan secara aktif teman-teman spesial di dalam bazaar.
“Tahun keempat ini, dengan konsep yang sama
yaitu Specialpreneurs – Special Culinary Festival kali ini tidak hanya untuk merayakan semangat kewirausahaan melainkan juga untuk mendedikasikan diri bagi inklusivitas teman-teman spesial ini,” tandas Nadia.
Kesempatan itu Susanti yang memiliki anak lelaki berkebutuhan khusus, Mulki, mengaku support system dari keluarga dan komunitas penting dalam penguatan dalam pengasuhan anak. “Mengasuh anak spesial bukan hal mudah. Ada naik turunnya. Itulah pentingnya support system hadir agar kita semangat lagi,” ujarnya.
Mulki kini menjalankan usaha pembuatan susu almond yang dia buat dan jual sendiri. Mulki menjajakan susu almond buatannya dengan sepeda listrik dan telah memiliki pelanggan. (BS)