Berandasehat.id – Kesehatan mental menjadi hal tak kalah penting dibandingkan kesehatan fisik. Faktanya, kesehatan mental erat dampaknya dengan kesehatan fisik, sosial, dan ekonomi individu dan masyarakat di seluruh dunia.
Studi menyebut, kebih dari tiga perempat orang yang menderita penyakit mental tinggal di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, dimana banyak dari mereka tidak memiliki akses terhadap layanan kesehatan mental yang berkualitas. Bahkan, lebih dari 75% orang dengan gangguan kesehatan mental di negara-negara berkembang dan berkembang tidak menerima perawatan sama sekali.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan kesehatan mental sebagai keadaan sejahtera mental yang memungkinkan seseorang mengatasi tekanan hidup, menyadari kemampuannya, belajar dengan baik dan bekerja dengan baik, serta berkontribusi pada komunitasnya. Ini adalah komponen integral dari kesehatan dan kesejahteraan yang mendasari kemampuan individu dan kolektif kita untuk mengambil keputusan, membangun hubungan, dan membentuk dunia tempat kita tinggal.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di 31 negara termasuk Indonesia, sebanyak 44%
responden menilai bahwa kesehatan mental adalah masalah kesehatan yang saat ini
paling dikhawatirkan. WHO memperkirakan sekitar 3.8% atau 280.000.000 penduduk
dunia mengalami depresi.

Pada umumnya gejala depresi yang banyak dialami yaitu seperti kecemasan, sedih,
murung, suasana hati kosong, putus asa, gelisah, lemah, lesu, tidak dapat mengambil
keputusan dan lain sebagainya yang sering kali tidak disadari oleh pasien. Baik karena
kesibukan maupun stigma di masyarakat yang mengakibatkan pasien mengabaikan
kondisi kesehatan mentalnya.
Dokter spesialis kesehatan jiwa Lahargo Kembaren, menyoroti pentingnya kesehatan mental, salah satunya depresi. “Depresi adalah masalah kejiwaan yang dapat ditangani dan disembuhkan apabila segera mendapatkan penanganan medis yang tepat. Sehingga tidak perlu ragu untuk memeriksakan diri ke tenaga medis profesional apabila merasakan gejala seperti lesu, sedih terus-menerus, kehilangan minat pada hobi, sulit berkonsentrasi, dan yang terburuk adalah berulang-ulang memikirkan kematian,” ujarnya di acara temu media Mind Behind the News digelar oleh Johnson & Johnson Indonesia di Jakarta, baru-baru ini.
Bila memiliki tanda-tanda depresi, sebaiknya segera memeriksakan ke ahlinya. “Jangan melakukan self-diagnose karena dapat memperparah gejala,” ujar Lahargo.
Dia berbagi tips untuk mengelola kesehatan mental. Pertama, cobalah untuk tidak fokus pada apa yang tidak bisa kita kontrol tapi fokus pada apa yang bisa kita kontrol, yaitu tidur, makanan dan hubungan. Kedua, pastikan untuk tidur pada jam yang sama, sehingga tubuh akan terlatih. Tubuh kita memiliki ritme sirkadian yang unik, dimana jumlah hormon kortisol meningkat di pagi hari dan turun di malam hari sehingga akan terasa sangat mengantuk. “Gunakan waktu ini untuk tidur,” saran Lahargo.
Ketiga, mulailah mengonsumsi makanan dengan nutrisi lengkap dan seimbang. Keempat, alokasikan waktu untuk menjalin hubungan dengan sesama karena hubungan yang baik akan melindungi kesehatan mental. Kelima, luangkan waktu untuk melakukan hal yang berbeda dari rutinitas kerja, misalnya jalan-jalan dengan teman.
Kesempatan sama, Devy Yheanne, Leader of Communications & Public Affairs Johnson & Johnson Pharmaceutical for Indonesia, Malaysia & Philippines, mengatakan terkait dengan kesehatan mental, Johnson & Johnson Indonesia terus berupaya meningkatkan literasi dan menghapus stigma mengenai perihal ini di masyarakat melalui berbagai kegiatan edukasi. “Melalui kegiatan ini, kami berharap dapat mendukung kesehatan mental di Indonesia dan mengajak semua pihak, terutama jurnalis, untuk bersama-sama memerangi stigma dan peduli terhadap kesehatan mental,” ujarnya. (BS)