Berandasehat.id – Sistem kecerdasan buatan (AI) berbasis pembelajaran mendalam dapat mendiagnosis anak-anak dengan autisme secara akurat, demikian temuan tim multi-institusi di Korea yang terdiri dari psikolog anak dan remaja, ilmuwan perilaku, dokter mata, dan spesialis sistem informatika biomedis.
Autisme, yang lebih dikenal secara formal sebagai gangguan spektrum autisme, adalah gangguan perkembangan saraf yang ditandai dengan masalah komunikasi, interaksi sosial, dan sering kali gerakan berulang.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa sebanyak 1 dari 36 orang menderita autisme pada tingkat tertentu. Studi terdahulu juga menunjukkan bahwa semakin dini penyakit ini didiagnosis, semakin banyak yang bisa dilakukan untuk membantu penderita gangguan ini mengatasi masalah yang banyak dialami.
Dalam studi yang dipublikasikan di jurnal JAMA Network Open, kelompok tersebut menciptakan alat diagnosis autisme menggunakan sistem AI berbasis pembelajaran dan mengujinya pada subjek manusia.

Dalam upaya baru ini, tim peneliti mencatat bahwa penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa gangguan otak seperti ADHD dapat menyebabkan kelainan retina ringan. Mencurigai hal tersebut mungkin terjadi pada autisme, para peneliti melakukan percobaan untuk mengetahuinya.
Studi tersebut melibatkan pengajaran sistem AI untuk mengenali pola pada retina anak-anak autis. Mereka kemudian menggunakan sistem tersebut untuk memindai gambar retina dari 958 anak, setengah dari responden menderita kelainan tersebut dan untuk menentukan anak mana yang menderita autisme.
Sistem menemukan semuanya, dan tidak menghasilkan kesalahan positif apa pun. Sistem ini juga memberikan skor angka yang memberikan perkiraan di mana letak spektrum orang-orang yang diidentifikasi menderita kelainan tersebut.
Sistem tersebut tidak sebaik pada bagian kedua, dengan tingkat akurasi 48% hingga 66%, dibandingkan dengan penilaian yang dilakukan oleh tes standar seperti Jadwal Observasi Diagnostik Autisme—Edisi Kedua.
Dalam percobaan itu, anak-anak yang terlibat berusia antara 4 dan 18 tahun; oleh karena itu, belum diketahui apakah sistem ini akan seakurat pada anak-anak yang lebih kecil (retina belum berkembang sepenuhnya hingga usia 4 tahun).
Tim berencana mencari tahu dengan melakukan lebih banyak eksperimen, demikian laporan Science x Network. (BS)