Berandasehat.id – Para ilmuwan telah mengembangkan model baru yang menjanjikan untuk mempelajari jamur penyebab pneumonia yang terkenal sulit untuk dibiakkan di laboratorium. Terobosan ini membuka jalan bagi pengobatan patogen yang sulit ditangani.

Para peneliti di Fakultas Kedokteran Universitas Tulane menggunakan irisan jaringan paru yang dipotong secara presisi untuk mempelajari spesies Pneumocystis, jamur yang menyebabkan pneumonia Pneumocystis pada pasien dengan imunosupresi (kekebalan yang melemah) dan anak-anak.

Inovasi ini mengatasi hambatan besar dalam penelitian jamur, yakni kesulitan menumbuhkan patogen ini di luar paru hidup, sehingga para ilmuwan dapat lebih mudah menguji obat baru untuk melawan infeksi. 

Jamur tersebut terdaftar di antara 19 patogen prioritas jamur oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

“Pneumocystis kemungkinan merupakan pneumonia jamur yang paling umum terjadi pada anak-anak dan upaya untuk membiakkan organisme tersebut sebagian besar belum berhasil,” kata penulis terkait, Dr. Jay Kolls, Ketua John W Deming Endowed dalam Ilmu Penyakit Dalam di Tulane. “Jadi, kita belum memiliki antibiotik baru selama lebih dari 20 tahun karena antibiotik tersebut masih harus diuji dalam penelitian pada hewan percobaan.”

Ilustrasi ibu anak memakai masker (dok. ist)

Model Tulane menggunakan irisan paru yang dipotong secara presisi untuk mempertahankan kompleksitas dan arsitektur jaringan paru, sehingga menyediakan lingkungan yang sangat mirip dengan kondisi di dalam organ pernapasan tersebut.

Para peneliti menggunakan jaringan dari tikus untuk membudidayakan dua bentuk jamur Pneumocystis—trof dan ascus—hingga 14 hari. Pengujian viabilitas dan analisis ekspresi gen yang mereka lakukan menunjukkan bahwa jamur tersebut bertahan seiring waktu dalam model.

“Ini adalah pertama kalinya bentuk Pneumocystis trofik dan ascus dipertahankan dalam jangka panjang di luar inang mamalia,” kata Kolls.

Para peneliti mengonfirmasi potensi model tersebut untuk pengujian obat in vitro (laboratorium). Ketika diobati dengan obat-obatan yang biasa digunakan trimetoprim-sulfamethoxazole dan echinocandins, ekspresi gen Pneumocystis berkurang, yang menunjukkan keberhasilan penargetan jamur.

Teknik Tulane secara andal menghasilkan banyak sampel jaringan paru yang seragam untuk eksperimen dari satu paru sehingga memungkinkan pengujian berkapasitas tinggi.

“Dengan optimalisasi, kami percaya irisan paru yang presisi dapat memungkinkan pertumbuhan Pneumocystis yang sebenarnya dan menjadi alat yang ampuh untuk mengembangkan obat baru untuk mengobati infeksi ini,” tandas Kolls. “Hal ini secara signifikan dapat mempercepat penelitian terhadap patogen ini.”

Hasil studi yang telah dipublikasikan di mBio. (BS)