Berandasehat.id – Kebiasaan menaburkan garam pada makanan dapat meningkatkan risiko penyakit ginjal kronis secara signifikan. Kondisi yang disebut penyakit ginjal kronis (CKD), merupakan akibat dari kerusakan ginjal progresif jangka panjang dan mengharuskan orang yang memiliki penyakit parah untuk menerima perawatan dialisis/cuci darah.
Studi terkini yang diterbitkan di JAMA Network Open menemukan bahwa orang yang menambahkan garam ke dalam makanan yang hendak disantap – meski hanya sesekali – menghadapi risiko lebih tinggi terkena kondisi ginjal berbahaya.
Studi yang dipimpin oleh peneliti dari Universitas Tulane di New Orleans memeriksa data kesehatan dari 465.288 orang yang membagikan informasi kesehatannya ke basis data kesehatan Inggris, UK Biobank. Orang-orang dalam penelitian ini berusia antara 37 hingga 73 tahun, dengan usia rata-rata sekitar 56 tahun – orang-orang tersebut tidak menderita penyakit ginjal kronis pada awal penelitian.
Selanjutnya, para peneliti mengamati perubahan kesehatan masyarakat selama sekitar 12 tahun dan membandingkan hasil kesehatan tersebut dengan seberapa sering orang mengatakan mereka menambahkan garam ke dalam makanan mereka: tidak pernah atau jarang, kadang-kadang, biasanya, atau selalu.
Para peneliti menemukan bahwa orang yang menambahkan garam ke dalam makanan cenderung menjadi perokok, menderita diabetes, atau memiliki masalah jantung pada awal penelitian.

Orang-orang yang mengatakan bahwa mereka menambahkan garam ke dalam makanannya juga cenderung mengalami kelebihan berat badan atau obesitas, lebih mungkin mengalami penurunan fungsi ginjal, dan berpotensi lebih mengalami kesulitan dalam hal perumahan, pekerjaan, dan transportasi.
Bahkan ketika para peneliti mengendalikan faktor-faktor kesehatan yang ada, termasuk menderita diabetes, mereka menemukan bahwa orang-orang yang kadang-kadang menambahkan garam ke dalam makanan menghadapi peningkatan risiko penyakit ginjal kronis.
Peningkatan risiko itu sejalan dengan seberapa sering orang mengatakan mereka menambahkan garam ke dalam makanan – dan orang yang selalu menambahkan garam mengalami peningkatan risiko paling tinggi, dibandingkan dengan orang yang mengatakan tidak pernah atau jarang menambahkan garam ke dalam makanan.
“Menambahkan garam ke dalam makanan adalah perilaku makan umum yang dibentuk oleh preferensi jangka panjang seseorang terhadap rasa asin pada makanan dan kebiasaan mengonsumsi garam,” menurut peneliti dikutip laman WebMD.
Menurut Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), sebanyak 9 dari 10 orang dewasa Amerika Serikat mengonsumsi garam lebih dari jumlah harian yang direkomendasikan.
Asupan garam yang tinggi dikaitkan dengan risiko lebih tinggi terkena penyakit kardiovaskular (penyakit jantung dan pembuluh darah), kematian dini, dan diabetes tipe 2.
Baru-baru ini, riset lain menunjukkan bahwa mengurangi satu sendok teh garam per hari dari pola makan seseorang dapat menurunkan tekanan darah seperti halnya meminum obat untuk melakukan hal yang sama.
Temuan ini penting karena hampir separuh orang dewasa di AS menderita tekanan darah tinggi, yang dianggap sebagai faktor risiko berbagai kondisi kesehatan karena dapat mempengaruhi aliran darah ke jantung dan organ lainnya. (BS)