Berandasehat.id – Daftar penyakit ikutan yang disebabkan COVID-19 tampaknya kian panjang. Studi terkini menemukan adanya risiko kondisi pencernaan serius bertahan selama berbulan-bulan setelah infeksi aktif SARS-CoV-2. Temuan ini menambahkan kondisi seperti disfungsi gastrointestinal dan penyakit refluks gastroesofageal, atau GERD, ke dalam daftar panjang risiko kesehatan baru yang lebih mungkin dialami seseorang setelah infeksi COVID.
Bahkan infeksi ringan pun dikaitkan dengan risiko gangguan pencernaan yang lebih tinggi. Studi tersebut menunjukkan bahwa risiko kondisi seperti tukak lambung, penyakit hati, penyakit kandung empedu, dan penyakit pankreas semuanya lebih tinggi hingga 6 bulan setelah infeksi COVID.
Risiko GERD dan disfungsi saluran cerna meningkat setidaknya selama satu tahun. Orang yang mengidap COVID lebih dari satu kali memiliki kemungkinan dua kali lebih besar terkena penyakit pankreas, dibandingkan dengan orang yang tidak pernah menderita COVID.
Para peneliti mencatat bahwa selama infeksi COVID aktif, sekitar 10% orang melaporkan gejala pencernaan. Studi terbaru ini berupaya memahami seberapa sering orang didiagnosis menderita gangguan pencernaan lebih dari sebulan setelah terinfeksi.
Untuk penelitian tersebut, para peneliti mengamati kemungkinan terkena salah satu dari delapan kondisi pencernaan di antara 112.000 orang lebih dari 30 hari setelah dimulainya infeksi COVID. Data infeksi sejak awal pandemi hingga Oktober 2022 juga disertakan.

Tim tersebut membandingkan tingkat masalah pencernaan pasca-COVID dengan tingkat lebih dari 350.000 orang yang tidak menderita COVID selama periode tersebut. Para peneliti juga membandingkan tingkat penyakit dengan seberapa besar kemungkinan kelompok orang ketiga mengidap penyakit tersebut sebelum pandemi.
Semua orang yang dilibatkan dalam penelitian ini tinggal di Inggris. Secara khusus, para peneliti menemukan peningkatan risiko setelah COVID adalah 41% untuk GERD, 38% untuk disfungsi saluran cerna, 36% untuk penyakit pankreas, 35% untuk penyakit hati parah, 23% untuk tukak lambung, dan 21% untuk penyakit kandung empedu.
Para peneliti mencatat bahwa belum sepenuhnya dipahami bagaimana COVID dapat menyebabkan penyakit pencernaan.
Temuan itu dipublikasikan di jurnal BMC Medicine. (BS)