Berandasehat.id – Campak diperkirakan bakal membunuh 2,6 juta anak setiap tahunnya dan menyebabkan jutaan lainnya menjadi tuli dan bahkan mengalami kerusakan otak.
Namun campak sejatinya telah dijinakkan di seluruh dunia, setidaknya untuk sementara waktu. Setelah keberhasilan pemberantasan penyakit cacar pada tahun 1970an, upaya vaksinasi global serupa berhasil menurunkan angka kematian akibat campak dari 2,6 juta pada tahun 1980 menjadi 73.000 pada tahun 2014.
Angka R Campak (jumlah rata-rata orang yang akan tertular virus ini) sebesar 15 atau lebih menjadikan virus ini sangat menular. Karena sifat menular ini, pemberantasan campak tidak mungkin dilakukan. Meski demikian, banyak negara telah dinyatakan bebas campak oleh Organisasi Kesehatan Dunia – namun pencapaian ini belum tentu permanen.
Inggris dianggap bebas campak pada tahun 2016 namun kehilangan statusnya hanya dua tahun kemudian. Dan kini jumlah kasus meningkat di seluruh Inggris, dengan wabah signifikan terjadi di London dan wilayah barat Midlands, dilaporkan The Conversation.
Senjata utama dalam perang melawan campak adalah vaksin MMR, yang diluncurkan sejak tahun 1971, yang juga memberikan kekebalan terhadap penyakit gondok dan rubella – dua virus lain yang berpotensi menimbulkan dampak jangka panjang yang buruk.
Penerapan MMR secara global mungkin merupakan kemenangan kesehatan masyarakat terbesar pada kuartal terakhir abad ke-20, dengan menyelamatkan setidaknya 56 juta jiwa menurut perkiraan WHO. Hingga tahun 1998, sebuah masalah muncul ketika klaim palsu dibuat di The Lancet tentang hubungan antara vaksin MMR dan autisme. Pada tahun 2010, makalah tersebut ditarik kembali oleh jurnal tersebut dan penulis utamanya, Andrew Wakefield, dikeluarkan dari praktik kedokteran di Inggris.
Namun saat itu, kerusakan telah terjadi. Meskipun banyak penelitian yang mengonfirmasi kemanjuran dan keamanan MMR, dan gagal menemukan hubungan apa pun dengan autisme, banyak orang mulai berpikir ulang untuk membawa anak mereka untuk mendapatkan vaksinasi. Keraguan terhadap vaksin mulai muncul, dan penyakit campak mulai muncul kembali secara berbahaya, dengan angka kematian global meningkat menjadi 136.000 pada 2022.

Keraguan terhadap vaksin
Keraguan terhadap vaksin, meskipun bukan hal baru, telah menjadi masalah bagi layanan kesehatan masyarakat sehingga menjadi subjek penelitian yang intensif. Dan ini bukan hanya cerita menakutkan tentang autisme.
Penelitian telah mengungkap seluruh kompleksitas masalah ini, bahwa tidak ada faktor tunggal yang dimiliki oleh masyarakat yang ragu terhadap vaksin, sehingga tidak ada strategi pendidikan masyarakat yang jelas dan mudah untuk memecahkan masalah tersebut.
Mereka yang berpendidikan rendah cenderung ragu-ragu—begitu juga dengan mereka yang berpendidikan tinggi. Demikian pula, mereka yang memiliki keyakinan agama yang kuat namun juga mereka yang anti-agama secara militan, kelompok yang tidak mempercayai negara, mereka yang tidak mempercayai kapitalisme dan khususnya industri farmasi, masyarakat termiskin dan terkaya- semua kelompok ini menunjukkan keragu-raguan terhadap vaksin, namun sering kali tidak memiliki kesamaan sama sekali.
Sebaliknya, kelompok masyarakat menengah ke atas, berpendapatan menengah, dan berpendidikan cukup dengan keyakinan agama yang lemah adalah kelompok yang paling mungkin mengantri di tempat vaksinasi. Hal itu belum diketahui alasannya.
Keraguan terhadap vaksin kini menjadi masalah di semua program vaksinasi, khususnya campak, karena R yang bernilai 15 atau lebih berarti penurunan cakupan vaksin akan mengakibatkan peningkatan kasus secara cepat. Ketika cakupan vaksin menjadi rendah secara lokal, maka akan terjadi epidemi lokal dengan tingkat keparahan yang cukup besar.
Banyak negara kini telah kehilangan status bebas campak yang diperoleh dengan susah payah, di Eropa termasuk Albania, Republik Ceko dan Yunani, serta Inggris.
Vaksin MMR bukan hanya untuk anak-anak
Bahkan jika orang dewasa telah menerima MMR ketika masih anak-anak atau selamat dari serangan campak pada hari-hari sebelum vaksinasi, kekebalan tubuh mereka dapat menurun.
Meskipun risiko terjadinya serangan kedua yang cukup parah hingga menimbulkan gejala seperti yang terlihat pada anak-anak yang tidak terlindungi sangatlah kecil, MMR pada orang dewasa masih bermanfaat karena tidak hanya melindungi orang yang menerima vaksinasi.
Dengan memperkuat kekebalan orang dewasa terhadap ketiga virus ini, hal itu mengurangi kemungkinan infeksi tanpa gejala dan mencegah orang dewasa tanpa disadari menjadi pembawa penyakit.
Vaksin MMR pada orang dewasa dapat membantu memulihkan kekebalan kelompok yang hilang akibat keragu-raguan terhadap vaksin.
Bayi di bawah usia satu tahun belum bisa menerima MMR sehingga merekalah yang paling rentan. Memilih MMR untuk orang dewasa membantu melindungi bayi-bayi tersebut dari campak, dan membantu mencegah rubella pada wanita hamil dan bayinya.
Dan bagi pria dengan usia tertentu, memilih MMR dewasa juga melindungi mereka terhadap orkitis, yakni radang testis yang merupakan gejala penyakit gondongan pada pria dewasa. (BS)