Berandasehat.id – Adanya kesenjangan dalam pemahaman dan pengobatan kanker menjadi salah satu tantangan besar dalam melawan penyakit mematikan ini. Beberapa kesenjangan yang lekat di masyarakat di antaranya, masih banyaknya informasi yang salah mengenai kanker, keterlambatan dalam penanganan, hingga masih adanya penolakan dari pasien maupun keluarga dalam menjalani pengobatan kanker.
Penolakan berobat masih sering terjadi karena ketidaktahuan pasien yang menyebabkan sebagian besar kasus datang pada stadium lanjut. Kementerian Kesehatan memperkirakan bahwa lebih dari 70 persen pasien kanker didiagnosis pada stadium lanjut. Jurnal yang dirilis oleh Jurnal Kedokteran Indonesia pada tahun 2021, 86 persen pasien kanker mengalami keterlambatan pengobatan.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin mengatakan, penanganan kanker strateginya adalah deteksi dini. “Kalau kanker bisa terdeteksi dini, dengan teknologi yang ada sekarang survivability rate-nya (tingkat keselamatan) tinggi. Kalau ketahuan terlambat, penderitaannya besar,” ujarnya di acara Close the Care Gap yang dihelat Yayasan Kanker Indonesia (YKI) dan MSD Indonesia menandai puncak peringatan Hari Kanker Sedunia di Indonesia Design District PIK 2, Minggu (4/2/2024).

Untuk itu, Menkes mengajak semua pihak melakukan promosi dan edukasi agar masyarakat tidak takut melakukan deteksi dini. “Tolong promosi agar masyarakat bisa melakukan deteksi dini kanker. Jangan buat mereka takut. Perubahan sosial ini yang butuh upaya bersama. Kalau deteksi dini kanker itu dilakukan maka 80 persen cerita sedih dan kematian akan jauh berkurang. Jadi jangan takut untuk periksa dini,” ujar Menkes.
Menkes menambahkan, untuk kanker, mengobati penting tapi lebih penting lagi deteksi dini. “Masyarakat harus diedukasi. Jangan jadikan kanker sebagai special event dalam hidup yang sangat menakutkan dan menyedihkan. Kanker harus jadi normal event dalam hidup, yang harus memberikan harapan. Ubah persepsi publik bahwa kanker itu sangat menakutkan sehingga orang tidak mau dites,” imbuhnya.
Menkes mengakui kanker cukup ‘akrab’ di lingkup keluarga besarnya. Dia menyebut, ayahnya mengidap Limfoma non-Hodgkin dan myeloma, sedangkan sang ibu terkena kanker paru. Dari pihak mertua perempuan divonis kanker payudara, dan ayah mertua kanker prostat. “Secara genetik sebagai individu saya ini high risk. Saya datang ke sini ada harapan bahwa keluarga yang sudah melihat langsung apa dampak penyakit kanker di lingkungan kita. Saya harap kita bisa melakukan sesuatu. Kanker itu strateginya harus deteksi dini,” tegasnya.
Kesempatan sama, Direktur Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes dr Eva Susanti menambahkan, saat ini tersedia deteksi dini untuk 4 jenis kanker di puskesmas, yakni kanker payudara, serviks, paru dan kolorektal. “Kanker payudara dan serviks merupakan dua jenis kanker yang paling banyak diderita wanita Indonesia. Sedangkan pada pria adalah kanker paru dan kolorektal,” bebernya.
Ketua Umum YKI Prof. Dr. dr. Aru Wisaksono, SpPD-KHOM, FINASIM mengakui seseorang yang didiagnosis kanker tentunya merasakan pergolakan emosi yang sangat berat. Untuk itu, dibutuhkan dukungan dan kebersamaan dari keluarga dan lingkungan sekitar. ‘Setiap tindakan kecil kita, mulai dari peningkatan pemahaman diri, memberikan dukungan aktif, hingga keterbukaan terhadap perawatan yang inovatif memiliki dampak besar dalam memberikan perawatan terbaik bagi mereka yang sedang berjuang,” ujarnya.

Prof Aru menambahkan, dengan membekali diri dengan informasi yang tepat, diharapkan pasien bisa mendapatkan penanganan dengan cepat dan tepat, sehingga dapat mengurangi dampak dari penyakit. ‘Apalagi, saat ini pengobatan inovatif untuk kanker juga sudah tersedia di Indonesia,” tandasnya.
Kesempatan yang sama, MSD Indonesia meluncurkan @NgobrolinKanker – pusat edukasi dan informasi tepercaya seputar kanker. “NgobrolinKanker menjadi wujud nyata dari komitmen MSD Indonesia dalam menghadirkan informasi yang akurat, dalam upaya menghilangkan kesenjangan informasi terkait kanker di masyarakat,” terang Mellisa H. Wiyono, Country Medical Lead MSD Indonesia.
Dia berharap kehadiran @NgobrolinKanker dapat memudahkan setiap orang mengakses informasi yang akurat tentang kanker. “Setiap orang memiliki kemampuan untuk membuat perubahan, dan bersama-sama dapat membuat kemajuan nyata dalam mengurangi dampak kanker secara luas,” pungkasnya. (BS)