Berandasehat.id – Mengalami semburan hawa panas (hot flashes), berkeringat di malam hari, dan migrain secara teratur di awal masa dewasa dapat meningkatkan risiko penyakit jantung atau stroke. Risiko terkena penyakit jantung atau masalah kardiovaskular lainnya 1,5 kali lebih tinggi pada wanita yang sering mengalami migrain dan gejala vasomotor – istilah medis untuk keringat malam dan rasa panas selama menopause – pada usia 20-an dan 30-an, dibandingkan dengan wanita yang jarang atau tidak pernah memiliki masalah yang sama.

Risiko stroke bahkan lebih tinggi terjadi pada wanita yang sering mengalami hot flashes, berkeringat di malam hari, dan migrain selama 15 tahun. Studi terbaru yang dipublikasikan di jurnal Menopause menganalisis data dari hampir 2.000 wanita mulai dari rata-rata usia 25 tahun hingga mencapai usia 40 tahun, demikian laporan WebMD.

Para peneliti tidak menemukan adanya peningkatan risiko masalah jantung atau stroke yang terkait dengan migrain, atau berdasarkan keteraturan keringat malam dan rasa panas. Temuan ini menunjukkan bahwa kombinasi gejala-gejala tersebut mungkin berarti risiko lebih tinggi terkena masalah jantung atau stroke menjelang usia paruh baya.

Penulis studi mengatakan, sekitar 18% wanita di usia reproduksi akhir menderita migrain, seraya mencatat bahwa stroke telah lama dikaitkan dengan migrain dan kebanyakan orang mengalami migrain pertama kali sebelum usia 50 tahun.

Para peneliti juga menemukan bahwa wanita yang mengalami migrain ditambah rasa panas dan keringat malam kemungkinan besar dapat mengurangi risiko stroke atau masalah jantung dengan berhenti merokok dan mengobati kondisi seperti gula darah tinggi, kolesterol tinggi, dan tekanan darah tinggi.

Sebuah studi terpisah, yang juga diterbitkan di Menopause, mengidentifikasi faktor risiko keringat malam dan rasa panas yang sering terjadi selama masa dewasa awal. Analisis tersebut menunjukkan tiga pola gejala vasomotor pada wanita berusia 20-an dan 30-an: 40% memiliki gejala minimal, 27% mengalami gejala yang meningkat seiring berjalannya waktu, dan 33% memiliki gejala yang konstan.

Wanita berkulit hitam, berpendidikan lebih rendah dari sekolah menengah atas, mengalami gejala depresi, migrain, merokok, atau menjalani histerektomi lebih cenderung mengalami gejala terus-menerus.

“Kecemasan dan ketakutan yang dirasakan wanita dengan migrain dan gejala menopause mengenai risiko kardiovaskular adalah nyata – namun temuan ini menunjukkan bahwa fokus pada pencegahan, dan memperbaiki kebiasaan tidak sehat serta faktor risiko, dapat membantu sebagian besar wanita,” ujar Catherine Kim, MD, MPH., profesor penyakit dalam Universitas Michigan yang merupakan penulis utama kedua penelitian tersebut.

Kim menambahkan, untuk subkelompok yang mengalami migrain dan rasa panas yang terus-menerus serta keringat malam yang berkepanjangan, dan bagi mereka yang saat ini mengalami migrain di awal masa dewasa, temuan ini menunjukkan perlunya tambahan untuk mengendalikan risiko, dan mengatasi gejala sejak dini. (BS)