Berandasehat.id – Stunting masih menjadi masalah kesehatan bagi banyak anak di Indonesia. Dampak stunting pada kualitas kognitif terlihat dari data OECD tahun 2018 yang menunjukkan bahwa remaja Indonesia menempati urutan ke-71 dari 77 negara untuk skor sains, matematika, serta membaca.

Tingginya angka stunting juga berdampak pada Human Capital Index Indonesia yang menunjukkan bahwa seorang bayi yang lahir di Indonesia hanya mampu mengembangkan 53% potensinya di bawah rerata negara di ASEAN.

Disampaikan Plt. Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi (KBKR), BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) Marianus Mau Kuru, pemerintah telah menetapkan stunting sebagai isu prioritas nasional. “Stunting merupakan masalah kemanusiaan yang memiliki banyak dampak dalam jangka panjang untuk generasi emas di masa mendatang,” ujarnya di acara peluncuran kampanye Peduli ASI Berkualitas yang dihelat IDAI, BKKBN dan mitra strategis Blackmores di Jakarta, Rabu (6/3/2024).

Komitmen itu, sebut Marianus, terwujud dalam masuknya stunting sebagai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 dengan target penurunan yang cukup signifikan dari kondisi 27,6 persen pada 2019 menjadi 14 persen pada 2024.

Peluncuran kampanye Peduli ASI Berkualitas yang dihelat IDAI, BKKBN dan mitra strategis Blackmores di Jakarta, Rabu (6/3/2024)

Marianus menambahkan, untuk menurunkan stunting, diperlukan daya ungkit yang cepat baik melalui pencegahan dan penanganan serta melakukan pengawalan dan memberikan kepastian agar setiap calon pengantin khususnya calon ibu mendapatkan asupan nutrisi yang baik serta pendampingan ibu hamil oleh bidan. “Hampir 50 persen kasus stunting terjadi sejak perencanaan kehamilan, masa kehamilan sampai dengan anak usia 2 tahun (1000 HPK). Oleh karena itu, kerja kolaboratif dengan banyak pihak sangat penting dilakukan,” terangnya.

Salah satu upaya mengurangi angka kejadian stunting adalah memastikan perjalanan transformasi kehidupan sejak merencanakan kehamilan hingga menyusui dapat berjalan maksimal.

Oleh karena itu, periode menyusui sangat penting, sehingga ibu perlu memastikan produksi ASI berkualitas. Dengan pemenuhan nutrisi sejak masa kehamilan hingga menyusui, Ibu dapat memberikan ASI berkualitas pada si kecil, yang dapat membantu mencegah kondisi stunting.

Menurut dokter spesialis anak, dr. I Gusti Ayu Nyoman Partiwi, Sp.A, MARS, pemberian ASI ekslusif harus disertai pemantauan pertumbuhan anak untuk kepentingan deteksi dini kemungkinan terjadinya gangguan pertumbuhan (weight faltering) yang kerap terjadi ketika ibu mulai kembali bekerja atau pada periode dimulainya MPASI.

“Tak kalah penting adalah memastikan kualitas ASI yang diberikan ibu pada bayinya. Lebih dari sekadar memenuhi hak ASI eksklusif bayi, ibu harus mempersiapkan produksi ASI yang berkualitas sejak masa kehamilan,” ujar dr. Tiwi.

Kualitas ASI yang baik tidak hanya dilihat dari bentuk, aroma, dan rasanya saja, tetapi juga bisa dilihat dari tumbuh kembang dan pola menyusu bayi. Ciri – cirinya dapat dilihat antara lain berat badan bayi naik dengan stabil, ASI sudah cukup memenuhi kebutuhan bayi, dan pencernaan bayi lancar.

Data menyebut, inisiasi menyusu dini (IMD) dan ASI eksklusif dapat membantu hingga 1,9 kali mencegah stunting juga mencegah kematian bayi dan anak balita.

Dokter Tiwi menekankan pentingnya dukungan para pihak dalam program 1000 hari periode emas bayi, membutuhkan kerja sama yang mesra antara dokter spesialis anak dan dokter kebidanan dan kandungan.

“Harus juga dipastikan bahwa pengetahuan tentang nutrisi ibu hamil, panduan agar sukses menyusui dan pemantauan pertumbuhan anak dikuasai oleh para bidan dan tenaga medis seperti dokter yang bertugas di puskesmas, di daerah-daerah. Sebab 85% kelahiran bayi di indonesia terjadi di luar rumah sakit ditolong oleh bidan,” lanjut dr. Tiwi.

Donasi Rp3 Miliar untuk Bumil dan Busui

Kampanye ‘Peduli ASI Berkualitas’ merupakan program edukatif untuk mengajak calon ibu, ibu hamil dan ibu menyusui untuk memiliki pemahaman dan mengupayakan pemenuhan nutrisi mikro seperti vitamin, DHA dan 17 nutrisi esensial sejak masa kehamilan hingga periode menyusui si kecil.

Dokter spesialis anak dr. I Gusti Ayu Nyoman Partiwi, Sp.A, MARS menekankan pentingnya pemberian ASI untuk cegah stunting (dok. Berandasehat.id)

“Ini merupakan bentuk komitmen Blackmores yang mendukung program pemerintah dalam menurunkan stunting. Selain mengadakan kampanye edukatif yang akan dilakukan bersama dengan IDAI dan BKKBN, kami juga mengimplementasi komitmen melalui rangkaian edukasi serta donasi  Blackmores Pregnancy & Breastfeeding Gold senilai Rp3 miliar kepada ibu hamil di trimester akhir hingga ibu menyusui,” ujar Country Head/Director, Kalbe Blackmores Nutrition, Dickson Susanto.

Donasi itu akan diberikan sepanjang tahun 2024 secara nasional khususnya di daerah yang memiliki prevalensi stunting tinggi. Diharapkan kampanye ini dapat berlangsung berkelanjutan dan dapat membantu penurunan angka stunting di Indonesia.

Senior Marketing Manager Kalbe Blackmores Nutrition Virna Widiastuty menambahkan, kampanye ‘Peduli ASI Berkualitas’ juga memberikan edukasi mengenai manfaat penting omega 3, asam folat, kalsium, zat besi dan nutrisi mikro lainnya yang penting untuk meningkatkan kualitas ASI. “Kampanye ini juga mengingatkan para ibu untuk memperhatikan kualitas ASI dan tidak hanya berfokus pada meningkatkan kuantitas ASI,” tandasnya.

Asupan nutrisi makro dan nutrisi mikro penting untuk menjaga kualitas ASI, karena mengandung banyak energi dan nutrisi yang dibutuhkan bayi. “Penting bagi ibu hamil dan menyusui untuk memenuhi nutrisi makro dan juga nutrisi mikro agar nantinya saat menyusui tiba, sang ibu bisa menghasilkan ASI berkualitas yang dapat membantu mencegah stunting,” pungkas Virna. (BS)