Berandasehat.id – Serangan gastroesophageal reflux disease (GERD) atau refluks asam lambung memang membuat tubuh tidak nyaman. Apalagi kalau GERD menyerang ketika sedang berpuasa. Ketidaknyamanan yang ditimbulkan oleh penyakit ini menjadi berkali lipat, karena tidak dapat diatasi dengan makan ataupun minum. Lantas, apakah penyandang GERD harus mangkir puasa?
Jawabnya tidak selalu. “Meskipun tak mudah menjalaninya, pada dasarnya semua penderita GERD boleh berpuasa,” ujar dr. Lianda Siregar, Sp. P. D., Subsp. G. E. H, FINASIM, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Subspesialis Gastroenterologi Hepatologi RS Pondok Indah – Puri Indah.
GERD atau penyakit refluks asam lambung adalah gangguan pencernaan di mana cairan asam lambung naik dari lambung ke kerongkongan dan mengiritasi lapisan bagian dalam saluran pencernaan tersebut.
Gejala yang biasa terjadi saat asam lambung naik adalah rasa asam atau pahit di mulut (regurgitasi asam) dan sensasi perih atau panas terbakar di dada dan ulu hati (heartburn). “Selain itu, penderita GERD juga kerap merasakan mual dan muntah, begah, nyeri dada, bahkan gangguan pernapasan,” terang dr. Lianda.

Meskipun merasakan ketidaknyamanan, namun penderita refluks asam lambung bisa tetap menjalankan puasa Ramadan. Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian Radhiyatam M, dkk dengan tajuk The Effects of Ramadhan Fasting on Clinical Symptoms in Patients with Gastroesophageal Reflux Disease tahun 2016. Penelitian ini melibatkan 130 penderita GERD yang dibagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok penderita GERD yang berpuasa Ramadan dan kelompok GERD yang tidak berpuasa.
Pasien dievaluasi menggunakan GERD-Q (kuesioner GERD). Hasil penelitian menunjukkan pada pasien GERD yang menjalani puasa Ramadan, terdapat penurunan gejala klinis dibandingkan dengan pasien GERD yang tidak berpuasa.
Menurut dr. Lianda, ada beberapa alasan terkait membaiknya keluhan GERD ketika menjalani puasa Ramadan, salah satunya adalah karena pola makan menjadi teratur, yaitu hanya pada saat sahur dan berbuka. “Selain itu, asupan camilan-camilan tidak sehat yang biasanya dikonsumsi pada siang hari pun berkurang, sama halnya dengan terhentinya kebiasaan merokok saat berpuasa,” tuturnya.
Selain itu, di bulan Ramadan, umat Muslim juga dianjurkan untuk menjaga emosi dan mengendalikan diri, sehingga dapat mengelola stres lebih baik.
Lebih lanjut dr. Lianda menyampaikan, GERD merupakan masalah pencernaan, karenanya kondisi ini dapat diatasi dengan pengaturan makanan yang tepat.
Dokter Subspesialis Gastroenterologi Hepatologi itu berbagi tips bagi penderita GERD agar lancar menjalankan ibadah puasa Ramadan dalam uraian berikut:
1. Selalu makan sahur
Sahur akan memberikan tenaga yang dibutuhkan ketika berpuasa sehari penuh.
2. Kenali makanan dan minuman yang memicu naiknya asam lambung
Hal itu penting karena bisa jadi berbeda bagi setiap orang. Pilih makanan yang ‘aman’ untuk lambung, seperti karbohidrat, produk olahan dari biji-bijian, buah-buahan, sayuran yang tinggi serat, serta protein nabati dan hewani.
3. Hindari makanan tinggi lemak, pedas, ataupun asam
Jauhi pula makanan dan minuman yang mengandung kafein, seperti kopi, cokelat, dan teh pekat.
4. Segerakan berbuka puasa
Berbuka puasa adalah waktu untuk memulihkan energi dan mengisi kembali semua nutrisi dan vitamin yang telah hilang sepanjang hari atau yang tidak diperoleh selama sahur.
5. Makanlah secara perlahan
Saat sahur dan berbuka puasa, konsumsi makanan secara perlahan, mulai dari makanan yang lembut.
6. Hindari langsung berbaring setelah makan
Beri jeda kurang lebih 3 jam setelah waktu makan untuk tidur, demi mencegah terjadinya gejala refluks. Dengan demikian, penderita GERD tidak disarankan tidur kembali setelah sahur.
7. Kelola stres dengan baik
Stres merupakan salah satu faktor risiko pemicu GERD. Karenanya, beristirahatlah dengan cukup selama berpuasa dan lakukan teknik-teknik relaksasi jika diperlukan.
“Pastikan menu berbuka puasa mengandung karbohidrat kompleks, protein, lemak, buah, dan sayuran,” saran dr. Lianda.

Selain itu pertimbangkan teknik memasak makanan yang lebih sehat misalnya dengan kukus, panggang, bakar, rebus, menumis dengan sedikit minyak, atau menggoreng menggunakan air fryer.
Hal lain yang perlu diingat adalah, biasakan makan secukupnya saat sahur dan berbuka. “Makan terlalu banyak dalam satu waktu dapat membuat lambung bekerja lebih keras. Karenanya, makanlah dengan perlahan dalam jumlah secukupnya,” saran dia.
Dokter Lianda menekankan untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis penyakit dalam atau dokter spesialis penyakit dalam subspesialis gastroenterologi hepatologi sebelum penderita GERD memutuskan untuk berpuasa. “Biasanya, dokter akan meresepkan beberapa jenis obat-obatan dan menginformasikan kapan harus mengonsumsi obat tersebut untuk menghindari serangan GERD,” bebernya.
Singkat kata, penyandang GERD tidak perlu terlalu khawatir untuk berpuasa Ramadan. Memang, masih ada risiko GERD kambuh yang akan membuat sensasi tidak nyaman di perut. “Ketika hal itu terjadi, tak perlu memaksakan diri untuk melanjutkan berpuasa. Sebaiknya, segera atasi GERD dengan mengonsumsi obat yang telah diresepkan dokter,” pungkas dr. Lianda. (BS)