Berandasehat.id – Glaukoma merupakan gangguan pada mata yang patut diwaspadai, karena kerap datang tanpa gejala dan bisa memicu kebutaan jika terlambat ditangani. Itulah mengapa glaukoma mendapat julukan ‘si pencuri penglihatan’.
Glaukoma merupakan kondisi medis berupa gangguan penglihatan yang disebabkan oleh kerusakan saraf mata. Secara spesifik, penyebab glaukoma adalah meningkatkan tekanan intraokular yang ada di dalam mata karena produksi aqueous humour berlebih.
Aqueous humour adalah cairan alami pada mata yang memiliki fungsi untuk membersihkan kotoran, menjaga bentuk, serta menyuplai nutrisi pada mata. Ketika penumpukan cairan tersebut terjadi, tekanan pada bola mata akan meningkat dan bisa menyebabkan kerusakan saraf optik, dan glaukoma adalah kondisi yang didasari oleh hal tersebut.
Menurut guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof. Dr. dr. Widya Artini Wiyogo, Sp.M(K) orang yang terkena glaukoma akut memiliki waktu 2×24 jam untuk menurunkan tekanan bola mata guna mencegah gangguan penglihatan permanen. “Jika terlambat, kelainannya akan menjadi permanen. Sebelum akut, masyarakat melakukan skrining dini glaukoma secara berkala,” ujarnya di acara diskusi kesehatan mata yang dihelat Jakarta Eye Center (JEC) di Jakarta, baru-baru ini.
Prof Widya Artini Wiyogo menggambakan, penderita glaukoma seperti melihat dari celah pintu. “Pandangan pasien menyempit pada bagian sisi bola mata karena saraf optik rusak,” cetusnya.
Lebih lanjut Prof Widya mengungkap, glaukoma merupakan kondisi neuropati optik progresif yang disebabkan oleh adanya peningkatan tekanan di dalam bola mata yang dapat merusak saraf optik dan berdampak pada penurunan fungsi penglihatan, bahkan kebutaan. “Umumnya, tekanan darah di bola mata pasien saat diperiksa cukup tinggi, di atas 21 mmHg,” terangnya.

Glaukoma umumnya banyak dialami oleh kalangan usia 40 tahun ke atas, namun bisa terjadi di usia berapa saja. Hal ini menjadikan glaukoma sebagai penyebab kebutaan tertinggi kedua setelah katarak.
Nyaris tanpa gejala, glaukoma berpotensi memberikan dampak yang lebih fatal dibanding katarak karena glaukoma tidak dapat direhabilitasi. Kabar baiknya, dampak fatal glaukoma berupa kebutaan dapat dicegah jika diketahui sejak dini.
Di negara berkembang, 90 persen kasus glaukoma tidak terdeteksi. Hal itu diperparah dengan fakta bahwa sekitar satu miliar orang di dunia belum memiliki akses terhadap kesehatan mata.
Memperingati Pekan Glaukoma Sedunia pada 10-16 Maret 2024, JEC Group menggelar berbagai sosialisasi dengan tema ‘Gerakan Sadar Glaukoma: Guna Menyelamatkan Kualitas Hidup Kita’. Kegiatan itu ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan dan kewaspadaan masyarakat terkait penyakit glaukoma yang tidak dapat direhabilitasi dan upaya pencegahan kebutaan akibat glaukoma, serta meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya deteksi glaukoma sedini mungkin. (BS)