Berandasehat.id – Kortisol merupakan hormon stres utama dalam tubuh. Hormon ini bekerja dengan bagian tertentu di otak untuk mengontrol suasana hati, motivasi, dan ketakutan. Bayangkan kortisol sebagai sistem alarm.

Kelenjar adrenal — organ berbentuk segitiga di bagian atas ginjal  — menghasilkan kortisol.

Kortisol memainkan peran penting dalam sejumlah hal yang dilakukan tubuh. Misalnya mengelola bagaimana tubuh menggunakan karbohidrat, lemak, dan protein; mengurangi peradangan; mengatur tekanan darah; meningkatkan gula darah (glukosa); nengontrol siklus tidur/bangun, juga neningkatkan energi sehingga kita dapat mengatasi stres dan mengembalikan keseimbangan sesudahnya.

Cara kerja kortisol

Hipotalamus dan kelenjar pituitari — keduanya terletak di otak — dapat merasakan apakah darah mengandung tingkat kortisol yang tepat. Jika kadarnya terlalu rendah, otak akan menyesuaikan jumlah hormon yang dihasilkannya. Kelenjar adrenal menangkap sinyal-sinyal ini. Kemudian, mereka menyesuaikan jumlah kortisol yang dilepaskan.

Reseptor kortisol — yang terdapat di sebagian besar sel tubuh — menerima dan menggunakan hormon dengan cara yang berbeda. Kebutuhan itu akan berbeda dari hari ke hari. Misalnya, ketika tubuh dalam keadaan siaga tinggi, kortisol dapat mengubah atau mematikan fungsi-fungsi yang mengganggu. Hal ini mungkin mencakup sistem pencernaan atau reproduksi, sistem kekebalan tubuh, atau bahkan proses pertumbuhan.

Terkadang, kadar kortisol juga bisa menurun. Setelah tekanan atau bahaya berlalu, tingkat kortisol akan tenang. Jantung, tekanan darah, dan sistem tubuh lainnya akan kembali normal.

Namun bagaimana bila terus-menerus stres dan tombol alarm tetap menyala? Hal ini dapat menggagalkan fungsi terpenting tubuh, dan dapat menyebabkan sejumlah masalah kesehatan, termasuk kecemasan dan depresi, sakit kepala, penyakit jantung, masalah memori dan konsentrasi, gangguan pencernaan, kesulitan tidur dan pertambahan berat badan.

Terlalu banyak kortisol

Nodul (massa) di kelenjar adrenal atau tumor di kelenjar hipofisis otak dapat memicu tubuh memproduksi terlalu banyak kortisol. Hal ini dapat menyebabkan kondisi yang disebut sindrom Cushing – dapat menyebabkan penambahan berat badan secara cepat, kulit yang mudah memar, kelemahan otot, diabetes, dan banyak masalah kesehatan lainnya.

Kortisol terlalu sedikit

Jika tubuh tidak menghasilkan cukup hormon kortisol, maka akan menderita suatu kondisi yang oleh dokter disebut penyakit Addison. Biasanya gejalanya muncul seiring berjalannya waktu, di antaranya perubahan pada kulit, seperti penggelapan pada bekas luka dan lipatan kulit, menjadi lelah sepanjang waktu, kelemahan otot yang semakin parah, diare, mual, dan muntah. Gejala lain adalah kehilangan nafsu makan dan berat badan, juga tekanan darah rendah.

Jika tubuh tidak menghasilkan cukup kortisol, dokter mungkin akan meresepkan tablet deksametason, hidrokortison, atau prednison, demikian WebMD. (BS)