Berandasehat.id – Dunia medis masih dikejutkan dengan kepiawaian virus penyebab COVID dalam mempertahankan eksistensinya. Kabar terkini, seorang pria dengan sistem kekebalan tubuh lemah dan menderita infeksi COVID-19 selama satu setengah tahun menjadi tempat berkembang biaknya puluhan mutasi virus corona.
Yang lebih buruk lagi, beberapa mutasi terjadi pada protein lonjakan COVID, yang menunjukkan bahwa virus tersebut berusaha berevolusi berdasarkan vaksin yang ada saat ini, lapor para peneliti.
“Kasus ini menggarisbawahi risiko infeksi SARS-CoV-2 yang persisten pada individu dengan sistem kekebalan yang lemah, karena varian virus SARS-CoV-2 yang unik mungkin muncul,” kata tim peneliti yang dipimpin oleh Magda Vergouwe, kandidat doktor di Amsterdam University Medical Center di Belanda.
Pasien yang dimaksud menderita infeksi COVID terlama hingga saat ini, berjuang melawan virus tersebut selama 613 hari sebelum meninggal karena penyakit darah yang telah membahayakan sistem kekebalan tubuhnya, kata para peneliti.
Pasien dengan gangguan kekebalan tubuh yang menderita infeksi terus-menerus memberikan virus COVID kesempatan untuk beradaptasi dan berevolusi, jelas para peneliti.
Misalnya, varian Omicron diperkirakan muncul pada pasien dengan gangguan kekebalan yang awalnya terinfeksi dengan bentuk awal COVID.
Dalam laporan terbaru ini, pria tersebut dirawat di Amsterdam University Medical Center pada Februari 2022 karena infeksi COVID pada usia 72 tahun, setelah dia menerima beberapa vaksinasi.

Ia menderita sindrom myelodysplastic dan myeloproliferative overlap, suatu penyakit yang menyebabkan sumsum tulang memproduksi terlalu banyak sel darah putih, menurut Institut Kanker Nasional AS.
Setelah menjalani transplantasi sel induk, pria tersebut juga menderita limfoma, yaitu kanker sel darah putih, kata para peneliti.
Obat yang diminumnya untuk limfoma, rituximab, menghabiskan semua sel kekebalan yang biasanya memproduksi antibodi untuk COVID.
Untuk menghilangkan COVID-nya, pria tersebut menerima campuran antibodi monoklonal yang pada akhirnya terbukti tidak efektif.
Faktanya, pengurutan gen menunjukkan bahwa virus corona mulai bermutasi untuk menghindari antibodi yang diterimanya, sebuah langkah yang berpotensi melemahkan efektivitas pengobatan pada virus lain, kata para peneliti.
Urutan gen dari 27 spesimen hidung yang diambil dari pria tersebut mengungkapkan lebih dari 50 mutasi pada virus COVID, termasuk varian dengan perubahan pada protein lonjakan yang ditargetkan oleh vaksin.
“Infeksi yang berkepanjangan telah menyebabkan munculnya varian baru yang dapat mengelak dari kekebalan karena evolusi yang luas di dalam tubuh inang,” kata para peneliti.
Kasus-kasus seperti itu menimbulkan potensi ancaman kesehatan masyarakat karena kemungkinan masuknya varian virus yang lolos ke masyarakat, imbuh peneliti.
Namun, mereka mencatat bahwa belum ada dokumentasi penularan varian COVID apa pun dari pria itu ke orang lain.
Para peneliti akan mempresentasikan temuan mereka pada pertemuan Masyarakat Mikrobiologi Klinis dan Penyakit Menular Eropa minggu depan di Barcelona. Temuan yang dipresentasikan pada pertemuan medis harus dianggap sebagai permulaan sampai dipublikasikan dalam jurnal peer-review (yang ditinjau sejawat), demikian laporan Healthday. (BS)