Berandasehat.id – Kanker kandung kemih terjadi ketika sel-sel di dalam kandung kemih mulai tumbuh secara tidak terkendali. Gejalanya sendiri dapat bervariasi antara satu individu dengan yang lain, salah satu yang paling umum adalah adanya darah pada urin atau hematuria.
Gejala-gejala yang muncul kerap terjadi pada kondisi yang tidak terlalu serius. Meskipun demikian, seringan apa pun gejala itu perlu diwaspadai dan diperiksa untuk memastikan diagnosis yang tepat.
Berdasarkan data dari Global Cancer Incidence, Mortality, and Prevalence (GLOBOCAN), terdapat 614.298 kasus kanker kandung kemih di dunia pada tahun 2022. Sedangkan, di Indonesia terdapat 7.381 kasus baru di tahun 2022, dengan angka kematian mencapai 3.207 jiwa, masing-masing menduduki peringkat ke-13 untuk angka kejadian dan ke-15 untuk angka kematian.
Kanker merupakan penyebab kematian kedua terbanyak di seluruh dunia. Hal ini disebabkan karena umumnya penyakit kanker tidak menimbulkan gejala pada penderita saat awal perkembangannya, sehingga baru terdeteksi dan baru mendapatkan pengobatan setelah mencapai stadium lanjut.
Meningkatnya risiko kanker kandung kemih disebabkan oleh berbagai faktor. Baik faktor yang dapat diubah seperti kebiasaan merokok, maupun faktor yang tidak dapat diubah seperti usia dan riwayat keluarga.
Dr. dr. Andhika Rachman, SpPD-KHOM mengatakan kanker kandung kemih merupakan kanker nomor empat yang paling umum dialami oleh laki-laki. “Dalam hal ini, laki-laki berisiko tiga kali lebih besar mengalami kanker kandung kemih dibanding perempuan,” ujarnya di acara edukasi kesehatan kanker dengan tema ‘Waspada Kanker Kandung Kemih: Kesadaran, Pencegahan dan Harapan Baru Pengobatan’ yang dihelat Merck, Prodia dan CISC di Jakarta, baru-baru ini.
Meskipun penyebab terbentuknya kanker di kandung kemih tidak diketahui secara pasti, terdapat beberapa faktor risiko yang dapat mempengaruhinya. “Jadi, walaupun tidak ada cara pasti untuk mencegah penyakit ini, terdapat langkah-langkah yang bisa diambil untuk mengurangi risiko kanker kandung kemih, antara lain dengan hindari merokok, membatasi paparan bahan kimia tertentu,” ujar Andhika.
Orang perlu mengonsumsi makanan bergizi seimbang, banyak buah-buahan dan sayuran, menjaga berat badan, serta minum banyak cairan terutama air putih, untuk mengurangi risiko kanker kandung kemih.
Dokter spesialis kanker itu menambahkan, setiap pasien dengan kanker kandung kemih memiliki kebutuhan pengobatan yang berbeda. “Pengobatan untuk kanker kandung kemih dipilih berdasarkan karakteristik diagnosis, kesehatan pasien secara keseluruhan, serta faktor-faktor medis lainnya,” tutur Andhika.

Lebih lanjut dijelaskan, beberapa opsi pengobatan untuk kanker kandung kemih antara lain pembedahan, terapi intravesika, kemoterapi, radioterapi, serta pilihan pengobatan terbaru seperti terapi target, terapi kombinasi, konjugat obat antibodi, terapi gen hingga imunoterapi anti PD-L1.
Imunoterapi anti PD-L1 merupakan salah satu pilihan pengobatan yang dapat dipilih oleh pasien kanker kandung kemih sebagai terapi maintenance setelah pengobatan kemoterapi.
“Setiap metode pengobatan membawa harapan baru untuk meningkatkan prognosis dan kualitas hidup bagi individu yang terkena penyakit kanker kandung kemih. Dengan berkembangnya penelitian dan teknologi medis, terapi-terapi ini dapat memberikan opsi yang lebih efektif dalam penanganan kanker kandung kemih, memberikan harapan bagi para pasien dan keluarganya,” beber Andhika.
Skrining kanker kandung kemih
Kanker kandung kemih dapat terdiagnosis pada usia berapa pun. Namun, risikonya bisa meningkat seiring bertambahnya usia. Oleh karena itu, penting untuk melakukan skrining, terutama bagi mereka yang berisiko tinggi terkena kanker kandung kemih seperti pernah menderika kanker kandung kemih sebelumnya, mengalami cacat lahir tertentu pada kandung kemih, dan sering terpapar bahan kimia tertentu di tempat kerja.
Tes yang mungkin digunakan adalah urinalisis, sitologi urin, tes rutin untuk biomarker agar dapat membantu menemukan kanker pada tahap awal. Jika jaringan abnormal atau kanker ditemukan sejak dini, maka pengobatan akan lebih mudah untuk dilakukan.
Product Specialist Prodia Bernadette Vania Lundina Arman menyampaikan skrining dan deteksi dini kanker sangatlah penting agar individu, terutama yang memiliki risiko secara genetik, dapat menentukan langkah pencegahan dan manajemen seoptimal mungkin seperti memeriksakan diri ke dokter untuk mendapatkan terapi yang tepat.
“Prodia menyediakan pemeriksaan-pemeriksaan penunjang yang dapat memfasilitasi masyarakat mulai dari identifikasi risiko, diagnosis, hingga penentuan terapi kanker. Harapannya, adanya kesadaran akan pentingnya deteksi dini dapat memberikan kesempatan lebih besar bagi pasien untuk mendapatkan pengobatan yang efektif dan tepat waktu,” ujar Vania. (BS)