Berandasehat.id – Penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular) masih menjadi penyebab kematian utama di dunia. Data Riskesdas tahun 2018 menyebut peningkatan kasus kematian pada usia produktif akibat penyakit jantung koroner di Indonesia. Hal itu dipicu banyak hal, di antaranya perilaku gaya hidup masyarakat yang tidak sehat, faktor genetik, paparan lingkungan, serta peningkatan faktor risiko kesehatan.
Berbagai faktor itu memicu pergeseran kasus kardiovaskular seperti penyakit jantung koroner yang sebelumnya sering dikaitkan dengan kelompok usia lanjut menjadi ancaman bagi kelompok usia muda.
Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah subspesialis jantung dan pembuluh darah kardiologi intervensi RS Pondok Indah – Puri Indah, dr. Johan Winata, Sp. J. P, Subsp. K. I (K), FIHA, mengungkap tidak hanya meningkatkan risiko kematian dini, kelompok usia muda yang mengalami penyakit jantung koroner cenderung merasakan dampak signifikan karena adanya penurunan kualitas hidup.
“Penyakit jantung juga berdampak pada keterbatasan aktivitas fisik, serta meningkatkan risiko komplikasi penyakit lain yang lebih serius,” ujar dr. Johan di acara temu media menandai adopsi teknologi The New Revolutionary CT Scan 512 Slice with AI RS Pondok Indah Group di Jakarta, baru-baru ini.

Bicara tentang serangan jantung, dr. Johan mengungkap secara umum sekitar 70 persen ditandai gejala nyeri dada bagian tengah, baik pria dan wanita. “Kualitasnya yang beda. Ada yang merasa seperti ditusuk, sensasi terbakar atau ditindih beban berat. Nah, yang 30 persen lagi bisa tidak sama pada tiap orang. Ada yang sakit di ulu hati menjalar di bagian leher, sakit punggung hingga lengan kiri,” ujarnya.
Menurutnya, yang menjadi masalah adalah gejala awal. “Gejala awal serangan jantung biasanya muncul saat aktivitas. Umumnya banyak orang Indonesia aktivitasnya sedikit atau kurang. Jadi gimana mau tahu ada gejala? Ini bukan berarti serangan jantung gak ada gejala, karena aktivitasnya saja yang kurang makanya gejala tidak muncul. Saat muncul gejala biasanya penyakitnya sudah berat,” beber dr. Johan.
Waspadai faktor risiko penyakit jantung
Lebih lanjut dr. Johan mengungkap, serangan jantung tidak datang dengan tiba-tiba. “Orang serangan jantung itu ada pencetusnya, tidak tiba-tiba. Paling sering tekanan darah tinggi. Orang tidur dengan sleep apnea rentan mengalami serangan jantung,” sebutnya.
Pemicu tekanan darah tinggi di antaranya konsumsi banyak garam. Selain itu, kadar gula darah sangat tinggi atau sangat rendah juga bisa memicu serangan jantung.
Serangan jantung memiliki waktu krusial (golden period) untuk diselamatkan sejak gejalanya datang. “Sejak awal serangan dalam 120 menit harus diberikan pertolongan medis. Sumbatan harus dihilangkan agar kembali lancar,” beber dr. Johan.
Dia wanti-wanti, bila seseorang mengalami nyeri ulu hati atau rasa badan tidak enak bahkan keringat dingin yang tidak biasa selekasnya menemui dokter. “Bila mengalami gejala seperti itu mending ke dokter. Agak parno sedikit gak apa-apa lebih baik dibawa ke rumah sakit,” urai dr. Johan.
Tak lupa dr. Johan mengingatkan penyandang diabetes melitus untuk kontrol gula darah. “Sumbatan pada penyandang diabetes dengan gula darah tidak terkontrol bisa saja tidak ada gejala,” ujarnya.
Pada kondisi neuropati diabetik yang menyerang saraf perifer, nyeri dada yang timbul bukan karena sakit jantung. “Saat jantung kekurangan aliran darah, kekurangan makanan, maka akan kirim pesan ke otak. Dari otak akan kirimkan sinyal ke kita, bisa kirim ke bagian tubuh mana saja, misalnya tulang belakang yang dirasakan sebagai sensasi nyeri,” beber dr. Johan.
Pada hipertensi, kemungkinan timbul karena gaya hidup atau genetik. “Harus dideteksi dulu apa penyebab hipertensi, apakah karena lifestyle atau genetik. Kalau karena gaya hidup, dengan pengaturan makan dan olahraga, mengurangi berat badan mungkin tekanan darah bisa turun. Namun jika sudah melakukan perubahan gaya hidup namun tekanan darah tak kunjung turun, selama menunggu tensi normal perlu diintervensi dengan obat,” sebut dr. Johan.
Faktor risiko serangan jantungnya adalah kolesterol tinggi. Menurut dr. Johan, untuk kasus kolesterol LDL (kerap disebut kolesterol jahat) mencapai angka 190 apa pun alasannya harus diberi obat. Untuk kolesterol total misalnya 180, maka diupayakan dulu dengan intervensi pengaturan pola makan. “Misalnya batasi makanan berlemak, bertepung. Kemudian dilihat selama satu bulan, apakah turun atau tidak. Jika tidak turun berarti kemungkinan faktornya genetik, harus dibantu dengan obat,” urai dr. Johan.
Dokter Johan juga menyoroti pembentukan plak di pembuluh darah di usia muda, bahkan di usia 10 tahun. “Aterosklerosis sudah mulai usia 10 tahun menurut riset. Progresivitas beda tiap orang. Ada yang landai sampai usia 70 tahun cuma progress 10 persen. Ada yang cepat, tergantung faktor risiko,” ujarnya.
Bagi orang dengan kolesterol tinggi karena genetik atau diturunkan dalam keluarga sebaiknya melakukan deteksi dini, misalnya dengan CT Scan. “Dengan alat CT Scan akan ketahuan apakah ada benih kolesterol tinggi. Jika memang ada, akan dikasih obat untuk mencegah penumpukan plak,” lanjut dr. Johan.
CT Scan dengan kecerdasan buatan (AI)
Kemajuan teknologi pencitraan meningkatkan harapan hidup masyarakat dengan menurunkan risiko gangguan jantung melalui pemeriksaan dini dan mendukung perawatan jantung pada pasien dengan kondisi medis tertentu.
RS Pondok Indah Group telah mengadopsi teknologi medis terbaru di RS Pondok Indah – Puri Indah, yaitu The New Revolutionary CT Scan 512 Slice with AI, yang sekaligus merupakan instalasi pertama di Indonesia.
Dukungan teknologi medis terdepan ini menghadirkan peningkatan signifikan dalam layanan kesehatan di RS Pondok Indah – Puri Indah, khususnya dalam hal pemeriksaan pencitraan dengan memastikan waktu pemeriksaan CT-Scan yang lebih singkat, penegakkan hasil diagnosis dokter yang lebih akurat, serta menghilangkan batasan pemeriksaan untuk kondisi medis tertentu,” ujar Chief Executive Officer (CEO) RS Pondok Indah Group, dr. Yanwar Hadiyanto, MARS.
Dia menambahkan, teknologi The New Revolutionary CT Scan 512 Slice with AI membantu dokter dalam mendeteksi adanya plak di pembuluh darah yang dapat menyebabkan penyakit jantung koroner, mengevaluasi struktur jaringan anatomi jantung dan memberikan pencitraan kondisi pembuluh darah lebih detail. “Perangkat canggih ini serta dapat dimanfaatkan untuk mendeteksi dini penyakit jantung pada individu yang memiliki faktor risiko penyakit jantung,” urai dr. Yanwar.
Dengan berbagai dampak gangguan jantung yang mengintai, kesadaran akan pentingnya deteksi dini pada usia produktif melalui medical health check-up rutin perlu ditingkatkan guna menghindari keterlambatan diagnosis dan penanganan medis.
Penggunaan The New Revolutionary CT Scan 512 Slice with AI sebagai salah satu modalitas diagnostik di RS Pondok Indah – Puri Indah memastikan pemeriksaan CT Scan berlangsung cepat dan nyaman bagi pasien karena pemindaian hanya membutuhkan waktu 0,23 detik atau 1-beat cardiac (memindai dalam 1 degupan jantung).
“Hal ini memudahkan pemeriksaan pada pasien dengan aritmia (denyut jantung tidak beraturan). Pemeriksaan CT-Scan kini dapat dilakukan tanpa pasien mengonsumsi obat beta blocker (penstabil denyut jantung),” ujar dr. Kanovnegara, Sp. Rad, B.Med.Sci, dokter spesialis radiologi RS Pondok Indah – Puri, kesempatan sama.
Teknologi Artificial Intelligent (AI) Based Automatic Patient Positioning dan TrueFidelity™ pada alat CT Scan ini memastikan hasil pindaian tergambar sangat jelas karena AI dapat mengoreksi goyangan/gerakan sehingga pasien bisa mendapatkan gambaran jantung yang presisi.

Hasil pencitraan dengan resolusi tinggi ini juga membantu pencitraan pasien dengan kalsifikasi arteri koroner, plak, dan yang sudah dipasang ring jantung. Hal ini dapat memudahkan dokter untuk memberikan diagnosis yang lebih akurat kepada pasien.
“Pemeriksaan dengan The New Revolutionary CT Scan 512 Slice with AI membantu pasien mendapatkan pengalaman scan time lebih cepat, dosis radiasi lebih rendah, dan dosis cairan kontras lebih sedikit,” beber dr. Kanov.
Berbagai keunggulan ini memberikan kesempatan kepada pasien dengan beragam kondisi untuk dapat melakukan pemeriksaan CT Scan dengan lebih nyaman. “Ditambah dengan adanya fitur AI untuk memberikan hasil pencitraan visual beresolusi tinggi yang dapat meningkatkan akurasi diagnosis dokter,” tandas dr. Kanov.
Lebih lanjut dr. Kanov mengungkap teknologi The New Revolutionary CT Scan 512 Slice with AI turut menjawab kebutuhan pasien dengan kondisi medis tertentu yang sebelumnya tidak dapat melakukan pemeriksaan pencitraan dengan CT Scan, seperti pasien anak atau orang lanjut usia yang cenderung sulit kooperatif saat menjalani pemeriksaan karena alasan kenyamanan.
“Pasien dengan berbagai kondisi medis penyerta seperti gangguan irama jantung, memiliki angka kalsium tinggi, dan gangguan ginjal, pasien dengan riwayat pemasangan stent/ring jantung, hingga pasien obesitas,” pungkas dr. Kanov. (BS)