Berandasehat.id – Ada hubungan signifikan antara diabetes tipe 2 dan gangguan usus tertentu, yang dapat membuka jalan bagi terapi yang lebih efektif, menurut studi yang dipublikasikan di jurnal Communications Biology.

Studi yang dilakukan para peneliti di Pusat Kesehatan Presisi Universitas Edith Cowan (ECU) telah menemukan bahwa kelainan usus seperti tukak lambung, sindrom iritasi usus besar, dan refluks asam memiliki asal usul biologis yang mirip dengan diabetes tipe 2, yang berarti bahwa beberapa gen yang sama berperan dalam kondisi ini.

“Penelitian sebelumnya telah menunjukkan adanya hubungan antara kondisi-kondisi ini, dan meskipun mekanismenya masih belum jelas, laporan yang mengaitkan kondisi usus dengan komplikasi diabetes menggarisbawahi dampak besar dari keberadaan kedua kondisi tersebut terhadap hasil kesehatan,” kata pemimpin peneliti Dr. Emmanuel Adewuyi dilaporkan MedicalXpress.

Adewuyi menjelaskan, penelitian itu menggunakan pendekatan genetik untuk mengungkap hubungan rumit dari kondisi-kondisi yang tampaknya tidak berhubungan ini. “Dengan mengungkap dasar-dasar genetik mereka, kami telah meletakkan dasar bagi pengobatan yang ditargetkan dan perawatan yang dipersonalisasi. Saya optimistis mengenai potensinya untuk meningkatkan kehidupan jutaan orang di seluruh dunia,” ujarnya.

Diabetes telah mencapai proporsi pandemi dengan lebih dari 536 juta orang di seluruh dunia mengidap penyakit ini pada 2021. Serta, diabetes telah mengakibatkan lebih dari 6,7 juta kematian. Diabetes tipe 2 menyumbang antara 90% hingga 95% dari seluruh kasus diabetes.

Diabetes tipe 2 dan gangguan usus yang terjadi secara bersamaan dapat mempercepat perkembangan penyakit dan meningkatkan biaya perawatan kesehatan, sehingga menyebabkan rencana penanganan yang rumit dan kualitas hidup pasien yang lebih buruk.

Kejadian bersamaan ini juga dapat berkontribusi pada perkembangan kelainan ini melalui mekanisme genetik dan proses biologis yang sama atau hubungan sebab akibat.

Namun yang mengejutkan, tidak seperti kondisi usus lainnya, penelitian ini tidak menemukan hubungan genetik antara diabetes tipe 2 dan penyakit radang usus (IBD), sehingga menunjukkan betapa rumitnya kondisi ini.

Adewuyi mencatat bahwa memahami hubungan antara diabetes tipe 2 dan gangguan usus dapat meningkatkan pengetahuan tentang mekanisme biologis yang mendasarinya, mengidentifikasi target untuk penyelidikan lebih lanjut, dan memberikan peluang untuk pengembangan pengobatan, keputusan klinis berbasis bukti, atau strategi pencegahan yang tepat.

“Penelitian ini menandai tonggak penting lainnya dalam program penelitian genetika statistik Pusat kami yang berupaya mengungkap hubungan rumit di banyak kondisi kesehatan utama saat ini,” kata Profesor Simon Laws, Direktur Pusat Kesehatan Presisi dan pengawas penelitian tersebut.

“Dengan menyelidiki arsitektur genetik diabetes tipe 2 dan berbagai kelainan usus, kami telah menemukan wawasan baru yang dapat membuka jalan bagi strategi terapi yang lebih efektif. Menguraikan mekanisme mendasar yang menghubungkan kondisi-kondisi ini berpotensi mengarah pada perbaikan dalam perawatan pasien dan hasil,” bebernya.

Para peneliti mengatakan penelitian lebih lanjut akan sangat penting untuk menerjemahkan temuan ini menjadi manfaat nyata bagi pasien di seluruh dunia. (BS)