Berandasehat.id – Studi terbaru menemukan hal menarik, yakni enzim yang tidak berfungsi dapat menyebabkan penyakit hati berlemak nonalkohol pada tikus. Penyakit hati berlemak nonalkohol (NAFLD) ditandai dengan penumpukan lemak di hati yang bukan disebabkan oleh penggunaan alkohol berlebihan dan merupakan salah satu penyebab paling umum penyakit hati di AS.
Institut Kesehatan Nasional memperkirakan bahwa sekitar 24% orang dewasa hidup dengan NAFLD.
Anggota keluarga rantai pendek asetil-KoA sintetase 1, atau ACSS1, adalah enzim yang diketahui berperan dalam sintesis asam lemak di hati. Untuk lebih memahami fungsi enzim ini dalam NAFLD, para peneliti menggunakan model tikus yang mana ACSS1 diubah untuk menggunakan glutamin sebagai sumber energi utama.
Setelah berpuasa selama 48 jam, tikus yang diubah ACSS1 menunjukkan hipotermia dan kelainan hati, termasuk pembesaran dan perubahan warna, sesuai dengan NAFLD, menurut penelitian tersebut.
“Dalam penelitian, kami menghasilkan model tikus baru dengan memutasi lisin-635 menjadi glutamin untuk meniru tahap asetilasi konstitutif ACSS1 in vivo,” kata Songhua Quan, Ph.D., asisten profesor Urologi dan penulis pertama studi.

“Kami mengamati bahwa tikus jantan berukuran lebih kecil, dengan tingkat metabolisme dan asetat darah yang lebih tinggi, serta penurunan kadar hati, ATP serum, dan laktat,” ujar Quan dikutip MedicalXpress.
Selanjutnya, para peneliti melakukan pengurutan RNA pada tikus dan menemukan bahwa metabolisme asam lemak tidak teratur dan sel-sel tampak menunjukkan tanda-tanda penuaan lanjut, yang merupakan ciri khas NAFLD.
Setelah menganalisis hati tikus, para peneliti menemukan bahwa hati tersebut meningkatkan produksi asam lemak dan lipid yang umumnya dikaitkan dengan NAFLD, menurut penelitian tersebut.
Secara keseluruhan, temuan ini menunjukkan bagaimana disregulasi ACSS1 dapat menyebabkan perubahan kadar lipid, peningkatan penuaan sel dan NAFLD, kata Quan.
“Temuan kami menyoroti signifikansi biologis asetilasi ACSS1 in vivo, terutama di bawah tekanan metabolik,” kata Quan.
Ke depan, Quan berharap model baru yang dihasilkan oleh penelitian ini akan membantu peneliti lain dalam memahami NAFLD dengan lebih baik dan mengembangkan obat untuk mengobatinya.
“Saya pikir penelitian kami dapat memberikan model yang berharga untuk mengeksplorasi mekanisme molekuler yang mendasari penyakit hati metabolik dan mengidentifikasi target potensial untuk intervensi terapeutik,” kata Quan.
Studi itu telah dipublikasikan di Science Advances. (BS)