Berandasehat.id – Khawatir adalah perasaan tidak nyaman atau terlalu khawatir terhadap suatu situasi atau masalah. Dengan rasa khawatir yang berlebihan (orang kerap menyebutnya dengan istilah overthinking), pikiran dan tubuh menjadi ‘terlalu bersemangat’ saat seseorang terus-menerus fokus pada ‘apa yang mungkin terjadi’ meskipun itu tidak benar-benar terjadi.
Di tengah rasa khawatir yang berlebihan, seseorang mungkin merasa sangat cemas — bahkan panik — saat bangun tidur. Banyak orang yang sangat khawatir menceritakan perasaan akan datangnya malapetaka atau ketakutan yang tidak realistis yang hanya menambah kekhawatiran mereka.
Sangat sensitif terhadap lingkungan dan kritik orang lain, orang yang memiliki rasa khawatir yang berlebihan mungkin melihat apa pun — dan siapa pun — sebagai potensi ancaman.
Kekhawatiran kronis dapat sangat mempengaruhi kehidupan sehari-hari sehingga dapat mengganggu nafsu makan, kebiasaan gaya hidup, hubungan, tidur, dan pekerjaan. Banyak orang yang merasa khawatir berlebihan menjadi begitu cemas sehingga mereka mencari bantuan dari kebiasaan gaya hidup yang berbahaya seperti makan berlebih, merokok, atau menggunakan alkohol dan obat-obatan.
Kekhawatiran kronis dan stres emosional dapat memicu sejumlah masalah kesehatan. Masalahnya terjadi ketika ‘fight or flight’ setiap hari dipicu oleh kekhawatiran dan kecemasan yang berlebihan.
Respons melawan atau lari menyebabkan sistem saraf simpatik tubuh melepaskan hormon stres seperti kortisol. Hormon-hormon ini dapat meningkatkan kadar gula darah dan trigliserida (lemak darah) yang dapat digunakan tubuh sebagai bahan bakar.
Hormon juga menyebabkan reaksi fisik seperti kesulitan menelan, pusing, mulut kering, detak jantung cepat, kelelahan, sakit kepala, ketidakmampuan untuk berkonsentrasi, mudah tersinggung, nyeri dan ketegangan otot, mual, napas cepat, berkeringat, gemetar dan berkedut hingga gugup.

Apabila bahan bakar yang berlebihan di dalam darah tidak digunakan untuk aktivitas fisik, kecemasan kronis dan pelepasan hormon stres dapat menimbulkan konsekuensi fisik yang serius, termasuk tertekannya sistem kekebalan tubuh, masalah pencernaan, ketegangan otot, hilangnya ingatan jangka pendek, penyakit arteri koroner prematur dan serangan jantung.
Jika kekhawatiran berlebihan dan kecemasan tinggi tidak ditangani, hal ini dapat menyebabkan depresi dan bahkan pikiran untuk bunuh diri.
Meskipun efek-efek ini merupakan respons terhadap stres, stres hanyalah pemicunya. Sakit atau tidaknya seorang individu bergantung pada cara mereka dalam menangani stres.
Respons fisik terhadap stres melibatkan sistem kekebalan tubuh, jantung, dan pembuluh darah, serta cara kelenjar tertentu di tubuh mengeluarkan hormon. Hormon-hormon ini membantu mengatur berbagai fungsi dalam tubuh, seperti fungsi otak dan impuls saraf.
Semua sistem ini berinteraksi dan sangat dipengaruhi oleh gaya penanggulangan dan keadaan psikologi. Bukan stres yang membuat kita sakit. Sebaliknya, respons seperti kekhawatiran dan kecemasan berlebihan terhadap berbagai sistem yang saling berinteraksi inilah yang dapat menyebabkan penyakit fisik.
Namun ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengubah cara kita dalam merespons, termasuk perubahan gaya hidup, serta berkonsultasi dengan ahli/psikiater, demikian laporan WebMD. (BS)