Berandasehat.id – Ada hubungan antara paparan polusi udara pada masa kanak-kanak dan gejala bronkitis pada orang dewasa. Hubungan itu tetap ada bahkan setelah disesuaikan dengan gejala asma atau bronkitis di awal kehidupan.
Temuan ini berasal dari studi komprehensif yang menelusuri kelompok masyarakat California Selatan dari usia sekolah hingga beberapa dekade hingga dewasa.
Penelitian tersebut melibatkan 1.308 partisipan dari Children’s Health Study. Pada usia rata-rata 32 tahun selama evaluasi orang dewasa, para peneliti bertanya tentang gejala bronkitis terkini seperti bronkitis, batuk kronis, atau hidung tersumbat yang tidak berhubungan dengan pilek.
Sekitar 25% peserta melaporkan mengalami gejala-gejala ini dalam setahun terakhir.
Tim peneliti menemukan bahwa gejala bronkitis berhubungan dengan paparan dua jenis polutan sejak lahir hingga usia 17 tahun. Salah satu jenisnya mencakup partikel halus dari sumber seperti debu, serbuk sari, abu kebakaran hutan, emisi industri, dan knalpot kendaraan.

Polutan lainnya, nitrogen dioksida, dihasilkan oleh pembakaran kendaraan, pesawat terbang, kapal, dan pembangkit listrik, dan diketahui membahayakan fungsi paru.
Para peneliti mencatat bahwa anak-anak sangat rentan terhadap dampak polusi udara karena sistem pernapasan dan kekebalan tubuh mereka masih berkembang. Hal ini juga karena mereka menghirup lebih banyak udara dibandingkan dengan massa tubuhnya dibandingkan orang dewasa.
“Studi ini menyoroti pentingnya menurunkan polusi udara, terutama paparan selama masa kritis masa kanak-kanak. Karena tidak banyak yang bisa kita lakukan sebagai individu untuk mengendalikan paparan, maka perlunya melindungi anak-anak dari dampak buruk polusi udara ditangani di tingkat kebijakan,” kata Garcia dikutip Medical Daily. (BS)