Berandasehat.id – Ada temuan baru yang membawa angin segar terkait pengobatan lupus. Para peneliti telah mengidentifikasi kemungkinan penyebab lupus yang dapat mengarah pada penyembuhan kondisi yang mengancam jiwa.

Temuan itu berpotensi menghentikan sistem kekebalan tubuh agar tidak secara keliru melakukan serangan terhadap dirinya sendiri – yang hampir menyerang seluruh tubuh.

Dalam temuan studi yang dipublikasikan di Nature, para peneliti membandingkan dan bereksperimen dengan sampel darah dari 19 penderita lupus dan sampel darah dari 19 orang sehat.

Tim menggunakan berbagai teknik biologi molekuler untuk sampai pada kesimpulan mereka, termasuk pengeditan gen CRISPR dan pendekatan khusus untuk mengurutkan asam ribonukleat (RNA), yang terdapat di semua sel hidup dan strukturnya mirip dengan DNA.

Para peneliti menyimpulkan bahwa sampel darah penderita lupus menunjukkan adanya gangguan proses tubuh yang berhubungan dengan polutan lingkungan, bakteri, dan metabolit (zat yang dibuat oleh perubahan kimia dalam tubuh yang mengubah makanan menjadi energi).

Ilustrasi wanita penderita lupus (dok. ist)

Ketika para peneliti membuat perubahan pada sampel darah yang menargetkan proses tersebut, sel-sel penyebab lupus tampaknya diprogram ulang menjadi jenis sel berbeda yang dapat meningkatkan perlindungan dan perbaikan dalam tubuh.

“Kami telah mengidentifikasi ketidakseimbangan mendasar dalam respons imun yang dihasilkan pasien lupus, dan kami telah menetapkan mediator spesifik yang dapat memperbaiki ketidakseimbangan ini untuk meredam respons autoimun patologis,” ujar rekan penulis Deepak Rao, MD, PhD, asisten profesor kedokteran di Harvard Medical School dan ahli reumatologi di Brigham and Women’s Hospital.

Lupus merupakan penyakit autoimun, artinya sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel organ atau jaringan yang sehat. Secara resmi disebut lupus eritematosus sistemik (SLE), gejala khasnya adalah peradangan yang merusak yang dapat mempengaruhi kulit, darah, persendian, ginjal, otak, jantung, dan paru.

Lupus mempengaruhi sekitar 1,5 juta orang di AS, dan pengobatan yang ada saat ini biasanya berdampak buruk pada sistem kekebalan tubuh, sehingga membuat penderita lebih mungkin terkena masalah kesehatan lainnya.

“Sampai saat ini, semua terapi lupus hanya berupa alat yang tumpul. Ini adalah imunosupresi yang luas,” kata salah satu penulis studi, Jaehyuk Choi, MD, PhD, profesor dermatologi di Fakultas Kedokteran Feinberg Universitas Northwestern.

“Dengan mengidentifikasi penyebab penyakit ini, kami telah menemukan potensi penyembuhan yang tidak memiliki efek samping dari terapi yang ada saat ini,” tandas Choi dikutip WebMD. (BS)