Berandasehat.id – Bagi pasangan yang sudah mencoba memiliki anak dengan berbagai cara namun tak kunjung membuahkan hasil, mungkin bisa mempertimbangkan pilihan in vitro fertilization (IVF) atau lebih dikenal sebagai bayi tabung. Cara ini mulai lazim ditempuh pasangan suami istri yang ingin memiliki momongan dengan cara-cara alami namun tak kunjung berhasil.

Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi subspesialis Fertilitas Endokrinologi Reproduksi dari RS Pondok Indah, dr. Upik Anggraheni Priyambodo, SpOG, Subsp. F.E.R., mengatakan bayi tabung menjadi cara untuk mendapatkan keturunan bagi pasutri yang memiliki masalah kesuburan. “Masalah kesuburan tidak hanya dialami wanita, namun juga pria. Makanya keduanya harus diperiksa,” ujarnya dalam temu media yang dihelat RS Pondok Indah di Jakarta, baru-baru ini.

Menurutnya, bayi tabung bisa dilakukan di rumah sakit dalam negeri dan tidak perlu jauh-jauh ke luar negeri. “Keberhasilan bayi tabung di Indonesia itu sudah diakui. Bahkan kita kerap menerima kasus-kasus sulit. Beberapa pasangan sudah mencoba bayi tabung di RS luar negeri namun tidak berhasil. Mereka larinya ke kita,” terang dr. Upik.

Dia mengatakan, di Rumah Sakit Pondok Indah, persentase keberhasilan dalam memulai bayi tabung di umur lebih dari 35-37 tahun mencapai 36,8 persen. Angka itu menurun menjadi 26,67 persen ketika menginjak umur 40 tahun.

dr. Upik Anggraheni Priyambodo, SpOG, Subsp. F.E.R. menjelaskan tentang bayi tabung/IVF (dok. Berandasehat.id)

Angka itu masih lebih tinggi dari data Society for Assisted Reproductive Technology (SART) pada 2021 yang menyebut bahwa saat menginjak usia 38 tahun, angka keberhasilan pada bayi tabung hanya mencapai 20,2 persen.

Kegagalan bayi tabung biasanya disebabkan berbagai faktor, di antaranya usia lebih dari 35 tahun, pola hidup yang tidak konsisten, serta gangguan kesuburan cukup berat seperti PCOS yang tidak terkontrol. “PCOS itu menjadi masalah yang menantang kami para spesialis fertilitas, karena sulit ditangani,” ujar dr. Upik.

PCOS, yakni sindrom polikistik ovarium, adalah kondisi di mana ovarium menghasilkan jumlah hormon pria (androgen) yang lebih tinggi dari normal. Hal ini dapat menyebabkan masalah seperti ketidakseimbangan hormon, pertumbuhan folikel yang tidak normal, dan gangguan ovulasi.

Saat ovulasi tidak terjadi, hal itu bisa memicu ovarium memproduksi kantong berisi cairan (kista) dalam jumlah banyak. Akibatnya, sel-sel telur tidak dapat berkembang dengan sempurna, sehingga gagal dilepaskan dengan teratur.

Hal lain yang juga menyebabkan bayi tabung tidak membuahkan hasil, sebut dr. Upik, karena kualitas sperma kurang baik dan cadangan sel telur yang rendah.

Cadangan sel telur yang rendah antara lain karena faktor usia. Perempuan yang menunda memiliki anak karena berbagai alasan, seiring perjalanan usia, akan memiliki cadangan telur rendah.

Pembekuan Sel Telur

Bagi wanita yang ingin menunda punya anak, ada cara untuk ‘menyelamatkan sel telur’ yaitu dengan membekukannya dan siap digunakan saat dibutuhkan. Pembekuan sel telur (egg freezing) atau disebut juga kriopreservasi, paling baik jika dilakukan oleh wanita berusia 20-35 tahun karena pada kisaran usia inilah reproduksi sedang mencapai tahap optimal.

Dikatakan dr. Upik, wanita yang membekukan 10-20 sel telur sebelum usia 35 tahun memiliki peluang 50-70 persen untuk mendapatkan kelahiran hidup. Angka ini akan menurun seiring dengan meningkatnya usia, mengingat kuantitas dan kualitas sel telur akan terus mengalami penurunan pada usia di atas 35 tahun.

Walaupun idealnya pembekuan sel telur ini dilakukan sebelum usia 37 tahun, penentuan bisa atau tidaknya seorang wanita menjalani tindakan kriopreservasi harus tetap melalui pertimbangan matang dari indikasi sampai dengan hasil pemeriksaan.

Lebih lebih dr. Upik menyampaikan, apabila kualitas sel telurnya masih baik, maka tidak menutup kemungkinan seorang wanita tetap bisa menjalani hal ini meski telah berusia di atas 37 tahun. Karena, tak jarang usia ovarium seorang wanita belum tentu sesuai dengan usia biologisnya.

Selanjutnya sel telur akan disimpan di suhu minus 196 derakat Celsius. Kualitas sel telur tersebut setidaknya dapat dipertahankan 80-90 persen dalam kondisi sama seperti saat dibekukan.

Dokter Upik mengingatkan, usia dapat menjadi batas waktu pembekuan sel telur ini karena usia layak hamil adalah sebelum 46 tahun.

dr. Upik Anggraheni Priyambodo, SpOG, Subsp. F.E.R. menjelaskan tentang upaya memiliki anak melalui bayi tabung/IVF (dok. Berandasehat.id)

Lebih lanjut dia mengatakan, IVF yang gagal dapat diulang kembali. “Bisa dilakukan langsung, tanpa menunggu lama. Ketika sudah haid berikutnya, sudah bisa” ujarnya.

Tentu saja hal itu dilakukan saat dokter telah mencari penyebab kegagalan IVF sebelumnya. Tak kalah penting, sebelum melakukan IVF kembali mental pasutri harus siap, termasuk juga biaya karena ongkos untuk bayi tabung tidaklah murah. (BS)