Berandasehat.id – Bukan hanya tekanan darah tinggi yang mempengaruhi kesehatan, tetapi efek kumulatif dari kondisi tersebut selama bertahun-tahun juga memegang peran penting. Sebuah penelitian mengungkap bahwa tekanan darah sistolik yang tinggi dari waktu ke waktu secara signifikan meningkatkan risiko terkena stroke.

Tekanan darah sistolik adalah tekanan saat darah mendorong dinding arteri saat jantung berdetak. Tekanan sistolik normal adalah di bawah 120 mmHg.

Studi terbaru yang diterbitkan di jurnal Jama Network telah mengungkap hubungan yang mencolok antara tekanan darah sistolik yang meningkat dari waktu ke waktu dan risiko stroke.

Mereka meneliti bagaimana tekanan darah tinggi mempengaruhi tiga jenis stroke yang berbeda. Stroke iskemik, yang mencakup lebih dari 85% dari semua stroke dan terjadi ketika gumpalan darah mengganggu aliran darah ke otak. Pendarahan intraserebral, di mana pendarahan terjadi di dalam otak. Pendarahan subaraknoid, yang melibatkan pendarahan antara otak dan lapisan pelindungnya.

Setelah menganalisis 40.000 orang dewasa tanpa riwayat stroke sebelumnya selama rata-rata tindak lanjut 21 tahun, tim menemukan bahwa tekanan darah sistolik rata-rata hanya 10 mmHg di atas rata-rata dikaitkan dengan peningkatan risiko stroke secara keseluruhan dan stroke iskemik sebesar 20%, dan risiko perdarahan intraserebral sebesar 31% lebih tinggi.

Saat menganalisis kejadian stroke di antara berbagai ras, para peneliti mencatat bahwa warga kulit hitam memiliki risiko stroke iskemik sebesar 20% lebih tinggi dan risiko perdarahan intraserebral sebesar 67% lebih tinggi daripada pasien kulit putih.

Pasien Hispanik memiliki risiko perdarahan subaraknoid sebesar 281% lebih tinggi tetapi tidak ada peningkatan risiko untuk jenis stroke lainnya.

Namun, penelitian tersebut mengamati bahwa ras dan etnis tidak secara signifikan mempengaruhi hubungan antara tekanan darah sistolik kumulatif dan jenis stroke.

“Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa diagnosis dini dan pengendalian tekanan darah tinggi yang berkelanjutan sepanjang hidup sangat penting untuk mencegah stroke, stroke iskemik, dan pendarahan intraserebral, terutama pada pasien kulit hitam dan Hispanik yang lebih mungkin mengalami hipertensi yang tidak terkontrol daripada pasien kulit putih,” kata penulis senior Deborah A. Levine dalam rilis berita.

Berdasar temuan itu, para peneliti merekomendasikan bahwa program pencegahan stroke harus mengatasi faktor risiko yang dapat dimodifikasi seperti tekanan darah sistolik.

Tim peneiti mendorong agar sistem dan penyedia layanan kesehatan harus mendidik dan mendesak pasien untuk melakukan pemantauan tekanan darah di rumah, dan perusahaan asuransi harus membayar monitor tekanan darah di rumah untuk mengoptimalkan tekanan darah orang dan mengurangi kemungkinan mereka terkena stroke. (BS)