Berandasehat.id – Peningkatan asupan karbohidrat diketahui dapat meningkatkan risiko diabetes. Studi sebelumnya telah difokuskan pada pemeriksaan bagaimana diet rendah karbohidrat dapat digunakan dalam mengelola atau menyembuhkan diabetes tipe 2.

Studi juga telah menunjukkan bahwa pola makan rendah karbohidrat dapat efektif untuk menurunkan berat badan dengan cepat.

Mengurangi karbohidrat dan meningkatkan asupan lemak merupakan strategi penurunan berat badan yang populer bagi banyak orang. Namun, para peneliti kini mengatakan bahwa dalam jangka panjang, hal itu dapat meningkatkan risiko diabetes tipe 2.

Studi terkini yang dipublikasikan di jurnal Diabetes & Metabolic Syndrome: Clinical Research & Reviews, yang diikuti oleh sekitar 40.000 partisipan di Melbourne, Australia, menemukan bahwa diet rendah karbohidrat dan tinggi lemak dikaitkan dengan peningkatan risiko terkena diabetes tipe 2 sebesar 20%.

Namun, efek jangka panjang dari diet rendah karbohidrat terhadap risiko terkena diabetes belum diketahui.

Temuan terbaru menunjukkan bahwa meskipun diet rendah karbohidrat dapat membantu dalam pengelolaan diabetes, diet tersebut mungkin tidak efektif dalam mencegah penyakit tersebut.

“Studi yang ada hingga saat ini hanya berfokus pada pemeriksaan rendah karbohidrat untuk mengelola dan/atau remisi diabetes tipe 2,” kata Profesor de Courten dalam rilis berita.

Dia menambahkan, studi mengungkap bahwa asupan makanan rendah karbohidrat dapat meningkatkan risiko jangka panjang diabetes tipe 2 melalui obesitas, yang berpotensi melalui peningkatan konsumsi lemak dan makanan rendah serat.

Penelitian itu juga menyoroti perlunya melihat kualitas karbohidrat, protein, dan lemak.

Studi ini dilakukan pada partisipan berusia 40–69 tahun, yang menjadi bagian dari Melbourne Collaborative Cohort Study (MCCS) antara tahun 1990 dan 1994. Para peneliti menganalisis persentase karbohidrat dalam diet mereka menggunakan Low Carbohydrate Score (LCD) dan memperkirakan risiko terkena diabetes tipe 2 di kemudian hari.

Skor yang lebih tinggi menunjukkan persentase karbohidrat yang lebih rendah yang berkontribusi terhadap asupan energi.

Kesehatan partisipan ditinjau selama dua periode: 1995–1998 dan 2003–2007. Peserta yang pola makannya mengandung 38% karbohidrat memiliki risiko 20% lebih tinggi terkena diabetes tipe 2 dibandingkan dengan mereka yang pola makannya mengandung 55% karbohidrat.

Peningkatan risiko ini disebabkan oleh tingginya insiden obesitas, yang diakibatkan oleh kandungan lemak tinggi dan serat rendah dalam pola makan.

Berdasarkan temuan itu para peneliti menyarankan agar ada tinjauan yang memadai terhadap pendekatan pola makan bagi mereka yang ingin menurunkan berat badan dan menghindari diabetes. (BS)