Berandasehat.id – Dasar genetik disleksia ternyata tumpang tindih dengan gangguan hiperaktivitas defisit perhatian (ADHD). Hal itu terungkap dari riset yang dipimpin oleh Universitas Edinburgh.

Itu menjadi studi pertama yang mengeksplorasi hubungan genetik dengan disleksia (diyakini mempengaruhi 10 persen populasi) dalam konteks sifat perkembangan saraf dan kejiwaan.

Ini adalah pertama kalinya kaitan genetik dengan disleksia dipelajari dalam konteks ciri-ciri kejiwaan. Di masa mendatang, kesulitan belajar lain seperti diskalkulia atau dispraksia harus disertakan untuk memungkinkan pemahaman yang lebih mendalam tentang hubungan di antara keduanya, menurut Austėja Čiulkinytė, mahasiswa Ph.D. Neuroscience Translasional di Universitas Edinburgh, pemimpin riset.

Menurut para ahli, temuan ini dapat membantu dalam menyusun sistem pendukung pendidikan, pekerjaan, dan kesejahteraan yang ditargetkan untuk orang-orang dengan disleksia atau ADHD.

Temuan ini diharapkan membantu pemahaman tentang biologi di balik disleksia (kesulitan membaca dan mengeja), dan ADHD, suatu kondisi yang terkait dengan kesulitan berkonsentrasi, hiperaktif, dan impulsif.

Para peneliti di Universitas Edinburgh menganalisis kumpulan data anonim publik yang besar dari data genetik pada 10 kondisi perkembangan saraf dan kejiwaan dari Konsorsium Genomik Psikiatri, bersama dengan statistik genetik disleksia dari analisis sekitar satu juta orang bekerja sama dengan 23andMe, sebuah perusahaan genomik dan bioteknologi.

Mereka menggunakan alat statistik untuk menemukan kelompok sifat yang secara genetik mirip untuk disleksia dan 10 sifat perkembangan saraf dan kejiwaan termasuk ADHD, anoreksia nervosa, dan sindrom Tourette.

Tim studi melakukan analisis yang lebih rinci untuk mengidentifikasi wilayah genetik tertentu yang tumpang tindih antara disleksia dan ADHD.

Di antara 10 sifat kejiwaan yang termasuk dalam penelitian tersebut, lima kelompok yang terkait secara genetik yang dikenal sebagai faktor genomik laten, berhasil diidentifikasi.

ADHD lebih kuat terkait dengan faktor kesulitan perhatian dan belajar daripada dengan faktor yang terkait dengan sifat perkembangan saraf seperti autisme dan sindrom Tourette.

Analisis lanjutan dari faktor kesulitan perhatian dan belajar mengidentifikasi 49 wilayah genetik dan 174 gen yang sama antara disleksia dan ADHD, yang 40 wilayah dan 121 gennya belum diidentifikasi sebelumnya.

“Dengan mempelajari banyak perilaku terkait bersama-sama, kami dapat meningkatkan kekuatan statistik untuk penemuan gen,” tambah Profesor Michelle Luciano dari Sekolah Filsafat, Psikologi, dan Ilmu Bahasa.

Hasil riset telah dipublikasikan dalam jurnal Molecular Psychiatry. (BS)