Berandasehat.id – Lemak perut berlebih diketahui dapat meningkatkan risiko gangguan metabolisme seperti diabetes dan penyakit jantung.
Sebuah studi baru menemukan bahwa lemak tersebut terkait dengan nyeri kronis yang meluas, khususnya pada wanita. Hal ini menguatkan alasan untuk menargetkan penumpukan lemak visceral yang membandel.
Studi sebelumnya telah menunjukkan bahwa obesitas, secara umum, terkait dengan nyeri muskuloskeletal.
Studi terbaru yang diterbitkan di jurnal Regional Anesthesia & Pain Medicine meneliti bagaimana jaringan lemak berlebih di sekitar perut mempengaruhi risiko nyeri muskuloskeletal kronis di beberapa bagian tubuh.
Untuk menyelidiki hal ini, para peneliti menganalisis data dari 32.409 peserta dalam studi UK Biobank, dengan usia rata-rata 55 tahun.

Peserta menyelesaikan kuesioner dan menjalani penilaian kesehatan, termasuk pemindaian MRI, untuk mengukur dua jenis lemak perut: jaringan adiposa visceral (VAT), yang mengelilingi organ dalam, dan jaringan adiposa subkutan (SAT), lemak tepat di bawah kulit yang dapat dijepit.
Para peserta diminta untuk melaporkan nyeri apa pun, termasuk nyeri di leher/bahu, punggung, pinggul, lutut, atau seluruh tubuh selama lebih dari 3 bulan. Setelah dua tahun, pemindaian MRI dan penilaian nyeri diulang pada 638 peserta.
Analisis terperinci mengungkapkan hubungan yang jelas antara jumlah lokasi nyeri kronis dan jenis lemak tubuh, termasuk lemak visceral (VAT), lemak subkutan (SAT), rasionya, dan BMI.
Studi menyebut, hubungan itu lebih kuat pada wanita yang rasio peluang sejumlah lokasi nyeri kronis lebih tinggi dua kali lebih tinggi untuk VAT, dan 60% lebih besar untuk SAT dan rasio VAT:SAT.
Kadar jaringan lemak yang lebih tinggi juga dikaitkan dengan peluang yang lebih besar untuk melaporkan nyeri kronis, dan sekali lagi hubungan tersebut lebih jelas pada wanita.
Jaringan lemak perut dikaitkan dengan nyeri muskuloskeletal kronis, yang menunjukkan bahwa penumpukan lemak yang berlebihan dan ektopik mungkin terlibat dalam patogenesis nyeri muskuloskeletal kronis multilokasi dan meluas.
Oleh karena itu, mengurangi adipositas perut dapat dianggap sebagai target untuk manajemen nyeri kronis, terutama pada mereka yang mengalami nyeri di beberapa lokasi dan nyeri meluas.
Namun, karena penelitian ini bersifat observasional, penelitian ini tidak dapat menetapkan hubungan sebab-akibat antara lemak perut dan nyeri kronis. Studi juga memiliki keterbatasan tertentu, termasuk ukuran kecil MRI berulang dan kurangnya penilaian tingkat keparahan nyeri. (BS)