Berandasehat.id – Penyakit autoimun menduduki peringkat ke-3 penyakit mematikan di Amerika Serikat dan menyerang 15,9% penduduk. Prevalensi autoimun di Indonesia belum tersedia data registrasi secara terinci, namun besar kemungkinan tidak jauh berbeda dengan kondisi di Amerika Serikat.

Untuk mendukung edukasi autoimun, Marisza Cardoba Foundation (MCF) bekerja sama dengan TNI Angkatan Laut (AL) merilis buku digital bertajuk ‘Keluarga Sehat TNI AL’ sebagai upaya mengedukasi masyarakat dalam penerapan Lima Dasar Hidup Sehat (LDHS) khususnya pola makan sehat alami bebas gluten untuk mencegah serta menanggulangi berbagai penyakit, terutama autoimun.

Buku ini diresmikan langsung oleh Kepala Staf Angkatan Laut yang diwakili oleh Asisten Personalia Kasal Laksda TNI Rony Saleh, Plt. Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan RI dr. Yudhi Pramono, MARS, Asisten Deputi Pangarusutamaan Gender Bidang Politik dan Hukum Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI Dr. Iip Ilham Firman, serta Pendiri MCF Prof.Dr.dr.Aru Wisaksono Sudoyo SpPD, KHOM.

Dr.dr. Stevent Sumantri SpPD, DAA, KAI mengulas tentang pentingnya mewaspadai pandemi autoimun yang kasusnya kian meningkat dan mempengaruhi produktivitas pengidapnya.

Selaku bagian dari Divisi Publikasi Ilmiah MCF, dr. Stevent menyampaikan bahwa autoimun – penyakit yang meliputi 10% populasi dengan keterlibatan organ yang berbeda – menjadi ancaman nyata yang harus disikapi dengan langkah preventif maupun kuratif.

Psoriasis salah satu jenis penyakit autoimun (dok. ist)

“Autoimun dapat mengenai orang dewasa muda usia 18-60 tahun yang harusnya merupakan usia produktif, sehingga perlu dibangun kesadaran, diagnosis dini dan penanganan yang baik,” kata dr. Stevent di acara peluncuran buku digital ‘Keluarga Sehat TNI AL’ di Jakarta, baru-baru ini.

Tak dimungkiri, sutoimun masih dianggap stigma, karena orangnya sering kali di luar kelihatannya sehat-sehat saja, tapi ada kelelahan kronis, gangguan konsentrasi dan lain sebagainya.

Kesempatan sama Prof. Aru menyampaikan bahwa dua generasi yang lalu autoimun hampir tidak ada, karena autoimun adalah sebuah reaksi terhadap gaya hidup dan lingkungan. “Bahwa apa yang kita makan, apa yang kita hirup di sekitar kita membawa tubuh kita beraksi dalam bentuk antibodi,” ujarnya.

Kebocoran usus atau leaky gut juga sangat mempengaruhi kondisi ini. 

“Penyakit autoimun banyak menyerang saraf, sendi, dan otot yang dapat mengganggu fungsi gerak, bahkan beberapa penyakit autoimun mengakibatkan kondisi disabilitas,” terang Prof. Aru.

Qory Sandioriva, Puteri Indonesia 2009, termasuk orang yang pernah kena stigma autoimun. Sempat mengalami kelumpuhan, Qory mengakui butuh waktu 7 tahun hingga diagnosis autoimun berhasil ditegakkan.

Stigma yang disandangnya akibat pengetahuan masyarakat yang masih terbatas tentang autoimun, menyebabkan Qory sempat dijauhi oleh orang-orang di sekelilingnya karena menganggap autoimun serupa dengan HIV AIDS.

Hal ini membulatkan tekadnya untuk berjuang mengkampanyekan autoimun melalui kiprahnya sebagai Duta Autoimun Republik Indonesia.

Dr. Rita Ramayulis DCN, MKes menekankan pentingnya menerapkan pola makan antiperadangan  dan gaya hidup sehat termasuk mengolah bahan baku makanan untuk sajian yang sehat bagi ODAI (orang dengan autoimun) dan keluarga sebagai bagian dari penanggulangan autoimun dalam kehidupan sehari-hari. (BS)