Berandasehat.id – Sindrom metabolik diperkirakan mencakup satu dari tiga orang dewasa hanya di Amerika saja, meningkatkan risiko penyakit jantung, diabetes, dan stroke. Namun, itu bukan akhir segalanya.
Para peneliti telah menemukan bahwa pola makan terbatas waktu, strategi diet populer yang dikenal untuk menurunkan berat badan, dapat menjadi pengubah permainan bagi mereka yang mengalami sindrom metabolik.
Pola makan terbatas waktu, juga dikenal sebagai puasa intermiten (intermittent fasting), melibatkan pergantian periode makan dan puasa. Penelitian telah menunjukkan bahwa pola makan ini dapat membantu menurunkan berat badan, meningkatkan kontrol gula darah, dan memperbaiki kesehatan jantung, menjadikannya pilihan populer untuk kesejahteraan secara keseluruhan.
Penelitian terbaru yang diterbitkan di Annals of Internal Medicine menunjukkan puasa intermiten dapat meningkatkan kesehatan kardiometabolik bagi mereka yang berjuang melawan sindrom metabolik.
Berdasarkan temuan itu, para peneliti merekomendasikan pola makan tersebut sebagai intervensi yang lebih praktis dan berbiaya rendah untuk meningkatkan kesehatan kardiometabolik, bahkan pada mereka yang sudah menjalani pengobatan.
“Sindrom metabolik, terutama bila dipadukan dengan pradiabetes, merupakan titik kritis yang meningkatkan risiko terkena diabetes tipe 2 dan penyakit jantung. Kami berharap temuan studi ini dapat membantu orang lain yang ingin mengatasi sindrom metabolik dan mengurangi risiko diabetes tipe 2,” kata Dr. Pam Taub, salah satu penulis studi.

Para peneliti mengevaluasi 108 peserta dari studi TIMET, yang meneliti manfaat jadwal makan terbatas waktu yang disesuaikan pada pasien yang mengonsumsi obat untuk sindrom metabolik.
Peserta secara acak dimasukkan ke dalam kelompok uji yang membatasi waktu makan menjadi 10 jam per hari atau kelompok kontrol yang tidak membatasi waktu makan tetapi menerima pengobatan standar.
Pada akhir uji coba tiga bulan, peserta dalam kelompok makan terbatas waktu menunjukkan peningkatan signifikan dalam kesehatan jantung, termasuk kadar gula darah, kolesterol, dan hemoglobin A1c, yang sebanding dengan hasil yang biasanya dicapai melalui intervensi yang lebih intensif seperti yang dilakukan oleh Program Pencegahan Diabetes Nasional.
Mereka juga mencatat penurunan berat badan, BMI (indeks massa tubuh), dan lemak perut tanpa kehilangan massa otot.
Jadi, bagaimana pembatasan waktu makan bisa membantu? Pembatasan waktu makan bekerja dengan melibatkan kembali kebijaksanaan alami tubuh dan memanfaatkan irama sirkadian harian untuk memulihkan metabolisme dan meningkatkan kesehatan, jelas Satchidananda Panda, salah satu penulis korespondensi penelitian tersebut.
Penulis pertama studi Emily Manoogian, mengatakan tidak seperti obat-obatan mahal seperti Ozempic, yang memerlukan penggunaan seumur hidup, pembatasan waktu makan adalah perubahan gaya hidup sederhana yang tidak menimbulkan efek samping dan dapat dipertahankan tanpa batas waktu. “Pasien menghargai bahwa mereka tidak perlu mengubah apa yang mereka makan, hanya kapan mereka makan,” tandasnya. (BS)