Berandasehat.id – Metformin, obat diabetes yang banyak digunakan dan sering diresepkan kepada ibu hamil untuk mengatur gula darah dan mencegah komplikasi, dapat menimbulkan risiko jangka panjang bagi bayi yang belum lahir.

Studi terkini menemukan bahwa metformin melewati plasenta, yang berpotensi mengakibatkan hambatan pertumbuhan janin dan meningkatkan risiko obesitas serta resistensi insulin pada masa kanak-kanak.

“Kita tahu bahwa ketika seorang ibu hamil mengalami obesitas dan memiliki kondisi seperti diabetes, anaknya lebih mungkin mengalami obesitas dan diabetes,” kata rekan penulis penelitian Jed Friedman dalam sebuah rilis berita.

Karena penggunaan metformin yang meluas pada ibu hamil, penting bagi kita untuk memahami apakah obat tersebut bermanfaat bagi bayi dalam jangka panjang, atau apakah obat tersebut memiliki konsekuensi yang tidak diinginkan, lanjut Friedman.

Hasil penelitian yang dipublikasikan di American Journal of Obstetrics and Gynecology menunjukkan bahwa metformin bebas melewati plasenta dan terakumulasi di ginjal, hati, usus, plasenta, cairan ketuban, dan urin janin.

Peneliti menemukan bahwa kadar obat tersebut dalam urin janin hampir sama tingginya dengan kadar dalam urin ibu.

Penumpukan tersebut selama kehamilan dikaitkan dengan pembatasan pertumbuhan pada ginjal, hati, otot rangka, jantung, dan timbunan lemak yang menyokong organ perut, yang semuanya berfungsi untuk menurunkan berat badan janin, menurut hasil studi.

Ilustrasi obat metformin (dok. ist)

Temuan mencolok lainnya adalah bahwa kadar metformin dalam sistem tubuh anak tidak berbeda menurut pola makan ibu.

Banyak obat mengalami metabolisme ‘lintasan pertama’ dengan diserap terlebih dahulu di hati, yang menurunkan konsentrasi sebelum berlanjut ke seluruh tubuh.

“Namun, metformin tidak mengalami efek lintasan pertama; sebaliknya, obat tersebut diangkut melalui plasenta, sehingga janin terpapar dosis obat dewasa,” ujar Friedman.

Meskipun metformin diresepkan selama kehamilan untuk menurunkan risiko komplikasi terkait diabetes, seperti obesitas dan diabetes pada anak-anak, penelitian tersebut menunjukkan bahwa obat itu dapat berkontribusi terhadap risiko yang sama.

“Mengingat hasil ini dan prevalensi penggunaan metformin selama kehamilan, penyelidikan tambahan terhadap potensi efek langsung dan jangka panjang dari penggunaan metformin prenatal diperlukan,” peneliti menyarankan.

Penelitian sebelumnya tentang obat-obatan yang digunakan selama kehamilan terutama difokuskan pada apakah obat-obatan tersebut dapat membahayakan bayi. Namun studi kurang memperhatikan efeknya terhadap pertumbuhan dan metabolisme bayi.

Meskipun metformin dianggap aman karena tidak dikaitkan dengan cacat lahir, para peneliti mencatat bahwa janin tidak memiliki cara untuk sepenuhnya membersihkan obat dari sistem tubuhnya. (BS)