Berandasehat.id – Kanker pankreas termasuk penyakit mematikan karena kebanyakan terdeteksi di stadium lanjut. Salah satu penyebabnya adakah karena di awal penyakitnya kanker ini jarang menimbulkan gejala. Gejala baru akan dirasakan penderita ketika kanker memasuki stadium lanjut saat penyakit sulit ditangani.
Selain itu, gejala yang muncul juga mirip dengan penyakit lain, seperti sakit maag (dispepsia) sehingga banyak penderita mengobatinya dengan obat sakit lambung – tanpa periksa ke dokter.
“Salah satu gejala kanker pankreas adalah sakit perut yang menjalar ke samping atau punggung, sehingga kerap dikira sakit maag,” ujar Dr. dr. Hasan Maulahela, Sp. P.D, Subsp. G.E.H. (K), Dokter Spesialis Penyakit Dalam Subspesialis Gastroenterologi Hepatologi di RS Pondok Indah dalam diskusi media di Jakarta, baru-baru ini.
Namun jika kesakitan itu terus berlangsung meskipun sudah menjalani pengobatan maag selama dua pekan namun tidak kunjung membaik, harus dicurigai itu kanker pankreas.

Untuk menegakkan diagnosis, dokter akan melakukan evaluasi dengan beberapa tindakan pemeriksaan mulai dari pemeriksaan darah, endoskopi, USG, hingga CT Scan.
Kanker pankreas terjadi akibat pertumbuhan jaringan tidak normal dalam pankreas yang membentuk tumor pankreas.
Hasan menambahkan, berbeda dengan sakit lambung, kanker pankreas biasanya diikuti dengan penurunan berat badan karena penderita kehilangan napsu makan.
“Gejala lainnya adalah kulit dan bagian putih mata menguning karena saluran empedu tersumbat. Lalu kotoran berwarna terang atau mengambang, urin berwarna gelap. Penderita mudah lelah,” ujarnya.
Penderita kanker pankreas juga akan merasakan badan gatal, terdiagnosis diabetes tipe 2, nyeri dan bengkak di lengan atau tungkai yang mungkin disebabkan bekuan darah.
Hasan menyebut ada sejumlah faktor risiko utama yang mempengaruhi perkembangan kanker pankreas antara lain kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol berlebih yang berpotensi menyebabkan peradangan kronis pada pankreas (pankreatitis) – menjadi faktor pendukung terjadinya kanker pankreas.
Faktor risiko berikutnya adalah obesitas dan diabetes tipe 2. Selain itu, riwayat keluarga dan genetik juga membuat seseorang rentan terkena kanker pankreas. “Riwayat keluarga dengan perubahan DNA yang dapat meningkatkan risiko kanker, seperti perubahan pada gen BRCA2, Lynch syndrome, dan Familial atypical multiple mole melanoma (FAMMM) syndrome,” ujar dr. Hasan.
Lebih lanjut dr. Hasan menyampaikan, pengobatan kanker pankreas dapat dilakukan dengan operasi atau pembedahan. Namun, karena umumnya pasien datang dalam stadium lanjut, maka operasi sudah tidak memungkinkan, sehingga langsung dilakukan kemoterapi atau pemasangan stent dan ablasi.
Total pain pada pasien kanker
Nyeri kerap dialami oleh penderita kanker kanker. Lebih dari 50% penderita kanker pada stadium awal hingga menengah merasakan nyeri sepanjang perjalanan penyakit mereka. Bahkan, 90% pengidap kanker mengalaminya selama masa penyakit.
“Nyeri kanker adalah total pain, bukan cuma masalah fisiknya, tapi juga psikologis sosial, dan ada spiritual,” ujar dr. I.GN.A Dwi Yundha, Sp. An-TI, FIP, Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif di RS Pondok Indah di kesempatan sama.
Karena nyeri bersifat subjektif, sebut dr. Yundha, maka yang lebih paham mengenai perjalanan nyeri pasien adalah keluarga/caregiver.
Saat menerima pasien yang ingin melakukan kontrol, dr. Yundha biasanya bertanya kepada anggota keluarga pasien. “Sulit memperoleh data objektif jika hanya bertanya langsung kepada pasien, karena nyeri bersifat subjektif,” terangnya.
Dengan bertanya kepada keluarga atau caregiver, mereka dapat memberikan informasi lebih akurat dan objektif mengenai perjalanan nyeri yang dialami pasien.

Kerenanya, keluarga/caregiver memiliki peran vital dalam proses manajemen nyeri bagi pasien kanker pankreas.
Dengan memberikan dukungan emosional, keluarga membantu pasien mengelola nyeri dan stres secara lebih efektif.
“Keluarga atau caregiver dapat mengawasi perjalanan nyeri pasien dan membantu mengingatkan pasien untuk mengikuti anjuran dokter,” sebut dr. Yundha.
Keluarga maupun caregiver juga memiliki peran dalam membantu mengatur jadwal pengobatan dan terlibat dalam mendiskusikan pilihan pengobatan terbaik untuk pasien bersama tim medis, termasuk dalam hal manajemen nyeri yang efektif. (BS)