Berandasehat.id – Masyarakat masih melihat penyandang strabismus sebagai kelompok yang ‘berbeda’  lantaran posisi bola mata yang tidak sejajar. Akibatnya, penyandang mata juling sangat riskan mendapatkan tekanan sosial; dari prasangka, kesalahpahaman, sampai perlakuan negatif.

“Efek mata juling tidak berhenti pada terganggunya penglihatan. Kualitas hidup mereka pun menurun sebab kepercayaan diri yang terusik dan interaksi sosial yang terbatas,” ujar Dr. Gusti G. Suardana, SpM(K), Dokter Subspesialis Konsultan Strabismus JEC Eye Hospitals & Clinics.

Ketua Servis Pediatric Ophthalmology and Strabismus JEC Eye Hospitals & Clinics itu menyampaikan, mata juling terjadi karena terganggunya/lemahnya kontrol otak terhadap otot mata sehingga bola mata tidak berada pada posisi yang sejajar satu sama lain (neuromuscular weakness).

“Penyandang mata juling umumnya mengeluhkan pandangan kabur, penglihatan ganda, sakit kepala, dan kelelahan dalam proses belajar atau bekerja,” terang dr. Gusti.

Ilustrasi mata juling (strabismus) pada anak (dok. ist)

Khusus pada anak, strabismus berisiko mempengaruhi perkembangan fungsi penglihatan.

Bahkan, tanpa penanganan yang tepat, anak penyandang mata juling bisa berisiko terkena mata malas (ambliopia) dan gangguan perkembangan binokularitas – yakni gangguan pada pembentukan kemampuan penglihatan tiga dimensi/binokular.

Bahkan, sebuah temuan menyebut penyandang strabismus berpotensi terserang gangguan mental 10 persen lebih tinggi.

Selain itu, penyandang strabismus berpotensi mengalami gangguan psikologis yang lebih mengkhawatirkan, seperti depresi, ansietas, fobia sosial, keinginan bunuh diri, hingga skizofrenia.

Memahami situasi tersebut, JEC Eye Hospitals and Clinics melanjutkan prakarsa tahunan ‘Bakti Sosial Operasi Mata Juling JEC’ berupa edukasi kesehatan mengenai strabismus, serta tindakan operasi mata juling gratis.

“Setiap individu berhak memiliki penglihatan optimal dan hidup yang berkualitas. Tak terkecuali para penyandang mata juling. Hidup mereka secara psikososial tak berhenti lantaran menyandang strabismus. Mereka harus kita dorong agar bangkit, salah satunya melalui operasi mata juling,” beber dr. Gusti.

Pada tahun ketiganya ‘Bakti Sosial Operasi Mata Juling JEC’ dipusatkan di RS Mata JEC @ Kedoya, dengan pelaksanaan tindakan bedah strabismus menyasar 30 penerima manfaat. Operasi digelar sepanjang November hingga Desember 2024.

Tindakan operasi mata juling di JEC Eye Hospitals & Clinics (dok. ist)

Sementara, proses skrining telah berlangsung selama Agustus-Oktober lalu dengan jumlah peminat hampir mencapai 100 orang dari berbagai penjuru Indonesia, termasuk Aceh dan Papua.

Pelaksanaan tindakan operasi penanganan mata juling memerlukan persiapan secara ekstensif melibatkan para ahli medis yang mumpuni.

Selain  tim spesialis mata strabismus JEC (untuk proses bedah mata), tindakan operasi juga melibatkan tim dokter anestesi bersama tim perawat yang kompeten. (BS)