Berandasehat.id – Sebuah studi oleh University of Pennsylvania dan para peneliti dari 26 rumah sakit anak-anak di AS telah mengaitkan indeks massa tubuh (BMI) yang tinggi dengan risiko yang jauh lebih besar untuk mengembangkan gejala sisa pasca-akut infeksi SARS-CoV-2 (PASC) di antara anak-anak dan dewasa muda.

Studi tersebut mengungkap peningkatan risiko PASC sebesar 25,4% di antara orang yang mengalami obesitas dan peningkatan risiko sebesar 42,1% di antara mereka yang mengalami obesitas parah dibandingkan dengan kolega yang memiliku BMI dalam kisaran sehat.

PASC mencakup berbagai macam gejala yang terus-menerus, kambuh, atau baru muncul yang berlangsung lebih dari empat minggu setelah fase akut COVID-19.

Menurut NIH, tanda dan gejala yang paling umum adalah kelelahan, sesak napas, nyeri otot, nyeri sendi, sakit kepala, batuk, nyeri dada, perubahan penciuman, perubahan rasa, dan diare.

Studi itu juga mengidentifikasi lebih banyak gejala, seperti nyeri perut, kadar enzim hati yang tidak normal, cedera ginjal akut, sindrom gangguan pernapasan akut, aritmia, disfungsi kognitif, demam dan menggigil, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, nyeri umum.

Gejala lainnya adalah rambut rontok, penyakit jantung, gangguan kesehatan mental, miokarditis, miositis, sindrom takikardia ortostatik postural (POTS) atau disautonomia, gejala kulit, tromboflebitis, dan tromboemboli.

Meskipun obesitas diketahui terkait dengan peningkatan keparahan COVID-19, hubungannya dengan PASC pada populasi anak-anak belum jelas.

Dalam studi kohort retrospektif ‘Indeks Massa Tubuh dan Gejala Pascaakut Infeksi SARS-CoV-2 pada Anak-anak dan Dewasa Muda’ yang diterbitkan dalam JAMA Network Open, para peneliti mencari tren yang berkorelasi dengan massa tubuh dalam PASC.

Tim menganalisis data dari 172.136 peserta berusia 5 hingga 20 tahun dengan infeksi SARS-CoV-2 yang terdokumentasi antara Maret 2020 dan Mei 2023.

Peserta dikategorikan berdasarkan status BMI mereka sebelum infeksi: berat badan sehat, kelebihan berat badan, obesitas, dan obesitas parah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dibandingkan peserta dengan berat badan sehat, mereka yang mengalami obesitas memiliki risiko PASC sebesar 25,4%.

Mereka yang mengalami obesitas parah memiliki risiko sebesar 42,1% lebih tinggi ketika diidentifikasi menggunakan kode diagnostik untuk kondisi pasca-COVID-19.

Peningkatan risiko untuk setiap kejadian gejala dan kondisi PASC juga diamati di antara mereka yang mengalami obesitas dan obesitas parah.

Para peneliti menyimpulkan bahwa kenaikan BMI dikaitkan dengan peningkatan risiko PASC secara signifikan dalam cara yang bergantung pada dosis, yang menyoroti perlunya perawatan yang ditargetkan untuk mencegah kondisi kronis pada anak-anak dan dewasa muda yang berisiko, demikian laporan Science x Network. (BS)